Keberlanjutan Bumi, Terapkan Nilai Go Green pada Generasi Alpha
Anak-anak sebagai Generasi Alpha. (F: Internet)
DUNIA saat ini semakin hari semakin kritis, seolah-olah tidak ada tanda manusia berhenti mengeksploitasi alam. Eksploitasi alam yang terus-menerus tanpa pengendalian akan menyebabkan berbagai spesies flora dan fauna punah, serta habitatnya terancam. Konsep Go Green merujuk pada gaya hidup dan praktik kita yang menekankan pentingnya menjaga serta melestarikan lingkungan. Tujuannya adalah untuk mengurangi dampak negatif manusia terhadap ekosistem dengan mendorong penggunaan sumber daya secara berkelanjutan, mengurangi polusi, dan meminimalkan pemborosan. Dalam dunia yang semakin terancam oleh perubahan iklim, deforestasi, polusi plastik, dan peningkatan suhu global, Go Green menjadi pendekatan penting untuk menjamin keberlanjutan bumi bagi generasi saat ini dan mendatang.
Istilah Generasi Alpha diperkenalkan oleh Mark McCrindle, seorang peneliti demografi asal Australia, pada tahun 2009. Ia memilih huruf pertama alfabet Yunani untuk menandai awal baru dalam penamaan generasi yang menggambarkan generasi pertama yang sepenuhnya lahir pada abad ke-21. Penerapan nilai Go Green dalam kehidupan mereka sangat penting untuk memastikan kelestarian alam bagi generasi mendatang. Nilai Go Green mencakup sikap dan praktik yang berorientasi pada pelestarian dan perlindungan lingkungan, seperti mengurangi polusi, menggunakan sumber daya secara bijak, dan mempromosikan keberlanjutan ekosistem. Dalam dunia yang menghadapi isu-isu besar seperti perubahan iklim, deforestasi, dan pencemaran, generasi ini perlu dididik dengan kesadaran dan tanggung jawab terhadap lingkungan sejak usia dini.
Mengapa Nilai Go Green Penting?
Pendidikan dan pemahaman mengenai nilai Go Green harus dimulai dari rumah, di mana orang tua berperan sebagai teladan bagi anak-anak mereka. Sebagai contoh, orang tua dapat menerapkan gaya hidup ramah lingkungan dengan mengurangi penggunaan plastik, mendaur ulang limbah, dan menanam tumbuhan di sekitar rumah. Kegiatan ini tidak hanya memberikan dampak positif bagi lingkungan tetapi juga memperkenalkan anak-anak pada pentingnya menjaga bumi agar tetap terjaga. Selain itu, orang tua dapat melibatkan anak-anak dalam kegiatan ramah lingkungan seperti membersihkan lingkungan sekitar, ikut serta dalam program penanaman pohon, atau membuat kompos dari sisa dapur. Dengan cara ini, anak-anak tidak hanya mendapatkan pengalaman langsung tetapi juga mempelajari hal-hal baru, sekaligus membentuk rasa cinta terhadap alam sejak dini.
Selain peran keluarga, institusi pendidikan juga memiliki tanggung jawab besar dalam menanamkan nilai Go Green kepada Generasi Alpha. Kurikulum sekolah dapat diintegrasikan dengan elemen pendidikan lingkungan yang komprehensif. Misalnya, guru dapat menyelenggarakan proyek terkait keberlanjutan lingkungan seperti membuat produk daur ulang, melakukan kunjungan ke tempat pengolahan sampah, atau mengadakan kampanye kesadaran lingkungan di sekolah. Aktivitas ini membantu siswa memahami dampak tindakan mereka terhadap lingkungan serta memberi mereka peluang untuk mencari solusi kreatif terhadap masalah lingkungan. Pendidikan semacam ini dapat melahirkan individu yang lebih peduli dan peka terhadap tanggung jawab sebagai penjaga bumi.
Selain pendidikan formal, teknologi juga dapat dimanfaatkan untuk mendidik Generasi Alpha tentang nilai Go Green. Generasi ini sangat akrab dengan perangkat elektronik seperti tablet dan ponsel pintar, yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan ramah lingkungan. Aplikasi pendidikan, permainan interaktif, dan video animasi yang bertema keberlanjutan lingkungan dapat menarik minat mereka untuk belajar dan mempraktikkan nilai Go Green. Sebagai contoh, permainan yang mengajarkan konsep daur ulang atau video yang menunjukkan dampak plastik terhadap laut dapat memberikan kesadaran yang mendalam dengan cara yang menyenangkan.
Namun, untuk memastikan keberhasilan upaya ini, semua pihak termasuk pemerintah, organisasi non-pemerintah (NGO), dan sektor swasta perlu bekerja sama dalam membudayakan gaya hidup Go Green di masyarakat. Pemerintah dapat memperkenalkan kebijakan ramah lingkungan yang memfasilitasi praktik hijau, seperti menyediakan lebih banyak pusat daur ulang, mempromosikan penggunaan energi terbarukan, dan mendorong pembangunan kota hijau sesuai dengan 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals) yang dicanangkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada September 2015. Sejalan dengan tujuan tersebut, berbagai pihak termasuk NGO telah banyak menjalankan kampanye kesadaran dan program pendidikan yang berfokus pada generasi muda, sementara sektor swasta dapat berkontribusi dengan menciptakan produk dan layanan ramah lingkungan. Upaya kolektif ini akan menciptakan lingkungan yang mendukung gaya hidup Go Green, sehingga lebih mudah diterima oleh Generasi Alpha.
Selanjutnya, Generasi Alpha juga perlu dibimbing untuk memahami hubungan antara tindakan manusia dan dampaknya terhadap lingkungan. Dengan pemahaman ini, mereka akan lebih bertanggung jawab dalam membuat pilihan sehari-hari, seperti mengurangi penggunaan plastik, memilih transportasi umum, dan meminimalkan pemborosan makanan. Kesadaran ini juga penting untuk membentuk generasi yang bijak dalam memanfaatkan sumber daya alam secara berkelanjutan. Ketika nilai Go Green sepenuhnya dihayati, mereka tidak hanya menjadi konsumen yang cerdas tetapi juga pemimpin masa depan yang mampu membawa perubahan positif bagi dunia.
Penerapan nilai Go Green kepada Generasi Alpha bukan sekadar pilihan, tetapi kebutuhan mendesak untuk memastikan bumi tetap sehat dan mampu menopang kehidupan manusia di masa depan. Dengan dukungan semua pihak, generasi ini dapat menjadi penyelamat lingkungan yang lebih baik, menjamin keberlanjutan bumi untuk generasi berikutnya. Oleh karena itu, mari kita semua berperan aktif dalam mendidik, membimbing, memotivasi, dan menginspirasi Generasi Alpha untuk mencintai lingkungan, karena masa depan bumi ada di tangan mereka.
Hal ini sejalan dengan firman Allah SWT yang artinya "Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi; sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan" (QS Al-Qashash: 77).
Apa pun bentuk kerusakan di bumi termasuk dalam hal yang dilarang oleh Allah SWT dan dibenci-Nya. Ini juga selaras dengan fitrah manusia yang menyukai keindahan dan kecantikan. Barang siapa merusak bumi, sebenarnya ia sedang merusak dirinya sendiri (fitrah dirinya yang menyukai keindahan). Terlebih lagi, seluruh makhluk di bumi adalah milik Allah SWT, sehingga manusia tidak sepantasnya merusaknya.***
Penulis:
Prof Madya Ts Dr Muhamad Saufi Che Rusuli
Dosen Fakultas Keusahawanan dan Perniagaan
Universiti Malaysia Kelantan
Berita Lainnya
Tari Indang: Warisan Islam yang Hidup di Tanah Minangkabau
Menakar Partisipasi Pemilih
Menjelang 2025, Bagaimana Keberlanjutan Industri Kerajinan Kecil di Malaysia?
Kebohongan Demi Kebohongan
Mahasiswa, Kegiatan di Kampus dan Menjemput Masa Depan
Peran Teknologi AI Membantu Pembangunan Kota Pintar
Tari Indang: Warisan Islam yang Hidup di Tanah Minangkabau
Menakar Partisipasi Pemilih
Menjelang 2025, Bagaimana Keberlanjutan Industri Kerajinan Kecil di Malaysia?
Kebohongan Demi Kebohongan
Mahasiswa, Kegiatan di Kampus dan Menjemput Masa Depan
Peran Teknologi AI Membantu Pembangunan Kota Pintar