Oleh: Ilham Muhammad Yasir, SH, L.LM
Menakar Partisipasi Pemilih
Ilham Muhammad Yasir, SH, L.LM.
HARI Rabu, 27 November 2024, pemilihan kepala daerah (pilkada) serentak nasional sudah digelar. Sebanyak 4.827.022 pemilih (2.445.001 laki-laki dan 2.382.021 perempuan) di 12 kabupaten/kota di Riau akan memberikan suaranya. Ada 42 pasangan calon (paslon) yang akan dipilih. Untuk di provinsi ada 3 paslon, dan 39 paslon sisanya ada di 12 kabupaten/kota yang akan ditentukan pilihannya oleh pemilih.
Bersamaan itu, di seluruh Indonesia ada 37 provinsi, 410 kabupaten, dan 98 kota yang warganya akan memilih gubernur dan wakil gubernur, bupati dan wakil bupati, serta walikota dan wakil walikota-nya. Sebagian besar adalah daerah yang menyelenggarakan hasil pilkada serentak 2020 lalu. Ada 9 provinsi, 224 kabupaten, dan 37 kota. Di Riau ada 9 kabupaten/kota. Kemudian daerah yang menyelenggarakan pilkada di 2018. Ada sebanyak 17 provinsi, 145 kabupaten, dan 39 kota. Salah satunya Provinsi Riau dan Kabupaten Indragiri Hilir. Sisanya, ada 7 provinsi, 76 kabupaten, dan 18 kota yang terakhir melaksanakan pilkada di 2017. Yaitu Kota Pekanbaru dan Kabupaten Kampar.
Sepanjang pelaksanaan pilkada serentak di Riau, baik di tahun 2015, 2017, 2018 dan 2020. Tren data jumlah pemilih yang datang ke TPS mengalami naik turun. Namun, jumlah angka partisipasinya masih tetap tinggi. Bila dibandingkan ketika pilkada tidak dibuat gelombang keserentakan. Istilahnya pilkada berserakan. Yaitu di fase 2005 – 2008, dan 2008 – 2013. Angka partisipasinya ada yang di bawah 55 persen. Kenaikannya ketika diserentakkan signifikan, di atas 55 - 65 persen. Bahkan ada yang mendekati 70 persen. Namun partisipasi Pilkada tetap di bawah partisipasi Pemilu, yang angkanya selalu di atas 75 persen. Rupanya, keserentakan menjadi kekuatan daya tarik bagi pemilih untuk datang ke TPS. Begitu pula bagi KPU lebih mudah dalam mensosialisasikan pilkada kepada pemilih.
Data partisipasi pemilih di Riau, di pilkada serentak 2015 sebesar 64 persen. Angkanya jauh lebih tinggi bila dibandingkan partisipasi Pilgubri 2013 (belum serentak) yang hanya sebesar 54 persen. Kemudian sempat turun menjadi 59 persen di pilkada serentak 2017, dan turun sedikit menjadi 58 persen di Pilkada serentak 2018. Kemudian naik drastis lagi mencapai 69 persen di Pilkada serentak 2020. Apabila melihat data partisipasi di atas. Terlihat, semakin banyak daerah yang menyelenggarakan pilkada, angkanya cenderung naik. Di Pilkada serentak 2015, di Riau ada 9 kabupaten/kota yang melaksanakan. Angkanya 64 persen.
Dibandingkan Pilkada 2013, yang diikuti Provinsi Riau dan Indragiri Hilir angka partisipasinya 54 persen. Begitu pula di Pilkada serentak di Riau hanya diikuti Pekanbaru dan Kampar. Partisipasinya turun 59 persen. Dan Pilkada serentak 2018 turun ke angka 58 persen. Saat itu Riau hanya melaksanakan Pilgubri dan Pilbup Indragiri Hilir. Angkanya Kembali naik drastis ketika 9 kabupaten/kota kembali melaksanakan Pilkada serentak 2020. Meskipun di tengah-tengah pandemi Covid-19. Angkanya naik drastis mencapai 69 persen.
Bagaimana dengan pemilu? Pemilu cenderungnya partisipasinya lebih tinggi. Selalu di atas 70 persen. Banyak calon yang direfleksikan pada jumlah jenis surat suara yang dipilih di Pemilu sepertinya itu yang menarik pemilih untuk datang ke TPS. Ada surat suara untuk DPRD kabupaten/kota, DPRD provinsi, DPR RI, dan DPD. Apalagi sejak Pilpres diserentakkan dengan pemilu sejak 2019. Angka partisipasinya terus naik. Untuk Pemilu 2014 di Riau, partisipasi sebesar 73 persen, dan 71 persen untuk pemilihan presiden dan wakil presiden (masih terpisah). Angka partisipasinya langsung melonjak drastis 84,5 persen di Pemilu serentak 2019. Pengaruh pilpres diserentakkan dengan pemilihan legislatif dan DPD, jadi fakor yang berpengaruh. Di Pemilu 2024, meskipun turun partisipasinya, tapi masih tetap tinggi. Yaitu partisipasinya di angka 81 persen.
Mencermati angka partisipasi dalam peroses Pilkada dari fase ke fase. Pilkada serentak nasional 2024 kali ini angka kenaikannya diperkirakan mendapatkan efek seperti ketika Pilpres untuk pertama kalinya diserentakkan dengan Pemilu di 2019 dan 2024. Jika pilkada serentak 2020, ada sebanyak 9 kabupaten/kota angkanya naik ke 69 persen. Maka, di pilkada serentak 2024 yang meliputi seluruh daerah di Riau yaitu di 12 kabupaten/kota plus di tingkat provinsi, data sementara hanya 61 persen. Angka tersebut sebenarnya jauh dari harapan. Terutama jika melihat data-data partisipasi sejak pilkada serentak digelar di 2015. Secara kualitas kalau pun turun tidaklah terlalu signifikan. Dan di lain sisi pada pilkada serentak 2024 kali ini, banyaknya pasangan calon yang terlibat mencapai 42 paslon harusnya menjadi daya dorong pemilih datang ke TPS untuk memberikan pilihannya. ***
Ilham Muhammad Yasir, SH, L.LM. Penulis adalah mantan Ketua KPU Provinsi Riau 2019 – 2024, dan mahasiswa Program Doktoral (S3) Ilmu Hukum Universitas Islam Riau (UIR).
Berita Lainnya
Tari Indang: Warisan Islam yang Hidup di Tanah Minangkabau
Keberlanjutan Bumi, Terapkan Nilai Go Green pada Generasi Alpha
Menjelang 2025, Bagaimana Keberlanjutan Industri Kerajinan Kecil di Malaysia?
Kebohongan Demi Kebohongan
Mahasiswa, Kegiatan di Kampus dan Menjemput Masa Depan
Peran Teknologi AI Membantu Pembangunan Kota Pintar
Tari Indang: Warisan Islam yang Hidup di Tanah Minangkabau
Keberlanjutan Bumi, Terapkan Nilai Go Green pada Generasi Alpha
Menjelang 2025, Bagaimana Keberlanjutan Industri Kerajinan Kecil di Malaysia?
Kebohongan Demi Kebohongan
Mahasiswa, Kegiatan di Kampus dan Menjemput Masa Depan
Peran Teknologi AI Membantu Pembangunan Kota Pintar