Dukung Halim - Sardiyono, Ketua PAC PAN Cerenti Mengundurkan Diri
PWI Pusat-LSPR Institute Gelar Pelatihan Pers Kampus, Mahasiswa Antusias
Zulkifli Gani Ottoh: Hendry Ch Bangun Sah Sebagai Ketua Umum PWI
Mengenal Survivorship Bias dan Hubungannya dalam Perdagangan Saham
DALAM beberapa waktu terakhir, pasar saham terus mengalami gejolak yang signifikannya. Baik itu lonjakan cepat pada awal November maupun penurunan berikutnya. Saham yang dibeli secara keseluruhan terus mengalami kenaikannya yang stabil.
Namun di saat yang sama, terdapat banyak saham yang naik dengan cepat dalam jangka pendek, seperti AMOR pada hari kemarin. Tentu aja, ada juga beberapa saham yang mengalami penurunan besar atau sedang mengalami penurunan signifikan, yang mengakibatkan banyak pialang saham terjebak dalam situasi di mana mereka membeli saham tersebut pada level harganya yang tinggi.
Saya begitu memahami kegelisahan yang dirasakan ketika saham mengalami kerugian. Namun, saya ingin mengingatkan semua orang untuk tetap rasional. Iika Anda tidak mengubah logika perdagangan Anda sendiri, pada suatu saat di masa depan, Anda kemungkinan akan kembali mengalaminya kerugian.
Saya berani mengatakan ini karena telah bertahun tahun menekuni karier investasi saham, telah melihat banyak contoh nyata seperti itu. Baik itu investor individu maupun institusi investasi profesional. Apakah Anda berdagang dalam saham, emas, minyak, valuta asing, atau mata uang kripto, ada orang yang pernah mendapatkan keuntungan berlebih.
Namun, tanpa memiliki sistem perdagangan yang dapat diandalkan dan ilmiah, pada akhirnya semua keuntungan yang pernah didapatkannya akan hilang. Sama seperti banyak teman yang bertanya kepada saya bagaimana cara mendapatkan saham yang bagus.
Namun, untuk dapat menguasai keterampilan membeli saham jangka pendek seperti ini, sebenarnya Anda perlu memiliki banyak pengetahuan terkait keuangan. Itulah mengapa saya menekankan pentingnya memiliki sistem perdagangan yang ilmiah. Jadi, disini saya akan menerangkan secara bertahap dalam membangun sistem perdagangannya yang ilmiah.
Semoga setelah mempelajarinya dan menguasainya, Anda semua dapat menghasilkan keuntungan yang besar dalam perdagangan keuangan mendatang. Tentu, pemahaman mengenai siapa saja yang dianggap sebagai investor sukses dan investor gagal dalam sejarah keuangan begitu penting dalam membangun sistem perdagangan yang ilmiah.
George Soros, Warren Edward Buffett, dan James Harris Simons adalah contoh investor sukses yang sering dijadikan panutan oleh banyak orang dakam dunia investasi. Namun, Nick Leeson, John William Meriwether, dan Bill Hwang adalah contoh investor yang mengalami kegagalan dalam karir mereka di bidang keuangan. Mengetahui perbedaan antara investor sukses dan gagal dapat membantu kita memahami prinsip-prinsipnya yang benar dalam investasi.
Kegagalan investasi Nick Leeson secara langsung menyebabkan kebangkrutan bank tertua di dunia, yaitu Barings Bank. Kegagalan investasi dana LTCM John William Meriwether hampirnya menyebabkan banyak bank di Wall Street AS bangkrut pada tahun 1998. Bill Hwang menciptakn rekor kerugian satu hari terbesar dalam sejarah dunia, dengan kerugiannya mencapai miliaran dolar AS dalam satu hari.
Karena itu, dalam dunia investasi, kegagalan mereka justru yang patut diperhatikan. Banyak teman mungkin akan sedikit bertanya-tanya mengapa kita harus memperhatikan kegagalan para investor ini daripada mempelajari pengalaman suksesnya, bukan? Sebenarnya, ini adalah fenomena yang paling umumnya dalam kehidupan nyata - survivorship bias.
Pada tahun 1941, selama Perang Dunia II, Angkatan Udara menjadi salah satu unit terpenting. Pesawat tempur pasukan sekutu mengalami kerugian yang besar dalam brberapa pertempuran udara, sering kalinya tertembak jatuh oleh artileri Jerman Nazi. Markas besar pasukan sekutu secara rahasia mengundang sekelompok fisikawan, matematikawan, dan ahli statistik untuk mempelajari cara mengurangi probabilitas pesawat tempur tertembak.
Pada saat itu, para petinggi militer mengumpulkan statistik tentang semua pesawat yang kembali dari pertempuran dan menemukan bahwa sayap pesawatnya lebih sering terkena tembakan daripada bagian lainnya. Oleh karena itu, saran para petinggi militer saat itu adalah untuk memperkuat perlindungan pada bagian sayap pesawat.
Namun, saran tersebut ditolak oleh seorang profesor statistik dari Universitas Columbia, yaitu Abraham Wald. Profesor Abraham Wald mengajukan pandangan yang bertentangan sepenuhnya. Dia mengusulkan untuk memperkuat perlindungan pada bagian tubuh dan ekor pesawat. Jadi, bagaimana seorang ahli statistik ini sampai pada kesimpulan yang tampaknya tak masuk akal?
Dasar pemikiran Profesor Abraham Wald didasarkan pada tiga fakta:
1. Sampel statistik hanya terdiri dr pesawat tempurnya yang berhasil kembali.
2. Pesawat yang terkena tembakan di sayap, terlihat masih mampu kembali dengan selamat.
3. Sedangkan pada bagian tubuh dan ekor pesawat, jarang ditemukan lubang tembaknnya. Ini bukan berarti pesawat tak akan tertembak, tetapi jika sudah tertembak, kemungkinan besar pesawat akan jatuh, sehingga pesawat yang kembali hanya merupakan "para selamat".
Mengandalkan data dari para selamat saja tidaklah ilmiah; yg penting adalah para non-slmt yang tak pernah kembali! Militer mengadopsi saran dari profesor tersebut, yaitu memperkuat perlindungan pada bagian ekornya dan tubuh pesawatnya. Dan kemudian terbuktinya bahwa keputusan itu begitulah tepat.
Angka kecelakaan pesawat militer berkurang drastis. Inilah sumber dari "survivorship bias", dan dalam kehidupan sehari-hari kita juga banyak mengalami fenomenanya survivorship bias. Misalnya saat sekolah mengadakan perjalanan ke luar daerah. Guru bertanya: “Siapa yang gak ikut, angkat tangan! Bagus! Semua sudah ada, mari kita berangkat!”
Ada banyak ibu muda yang sering kali merasa khawatir karena anak-anaknya pemilih makanan. Apakah kalian pernah berpikir mengapa ibu-ibu tidak menjadi pemilih makanan? Karena saat membeli bahan makanan, ibu-ibu telah melakukan pemilihannya.
Dalam proses investasi keuangan kita, juga penuh dengan fenomena survivorship bias. Kita tau banyak investor sukses, tapi kita juga harus menyadari bahwa setiap kesuksesan seseorang melibatkan berbagai faktor yang saling bertumpuk. George Soros mampu menimbulkan kepanikan di dunia keuangan dan mendapatkan keuntungan besar karena ada pemberian informasi internal yang terus menerus dari konsorsium keuangan AS dibaliknya.
Misalnya, pada tahun 1988, dia menggunakan informasi internal untuk menghasilkan 2 juta dolar AS dan mengumpulkan dana dengan cepatnya. Pada tahun 1992 dan 1994, juga dengan dukungan konsorsium keuangan AS, dia mendapatkan arah kebijaknnya dari Inggris dan Meksiko lebih awal.
Warren Edward Buffett memanfaatkan hubungan ayahnya yang anggota kongres untuk mengumpulkan modal awalnya dan mendapatkan banyak kesempatan investasi Sedangkan James Harris Simons adalah seorang matematikawan terkenal di dunia yang pada usia 30 tahun sudah diangkat sebagai dekan di The State University of New York di Stony Brook.
Di bidang matematika, James Harris Simons mencapai prestasi besar. Jadi, ketiga orang sukses di atas, seperti pesawat yang terus kembali setelah sayapnya tertembak dalam survivorship bias, menggunakan pengalaman sukses mereka untuk membimbingnya arah bagi investor biasa untuk memiliki tingkat keberhasilan yang terlalu rendah untuk dapat direplikasi.
Jika kita tak bisa mendapatkan lebih banyak pengalaman dari kesuksesannya, maka mendapatkan pengalaman dari kegagalan di tempat pesawat jatuh saat kembalinya ke pangkalan, mungkin adalah cara yang paling membantu kita menuju kesuksesan. Nick Leeson, John William Meriwether, dan Bill Hwang masing-masing memiliki arah investasi yang berbeda: Indeks saham, obligasi negara, dan saham.
Meskipun arah investasi berbeda, namun ketiganya memiliki kesamaan dalam kegagalan mereka, dan yakni terus meningkatkan investasinya dalam arah yang salah. Nick Leeson membeli opsi indeks saham dalam jumlah besar dan bertaruh bahwa indeks Nikkei akan naik. Namun, kenyataannya pasar saham Jepang terus merosot.
Meskipun begitu, Nick Leeson terus menambah posisi pembeliannya. Namun, ketika dilihatnya kembali, pasar saham Jepang pada saat itu hampir sepenuhnya didorong oleh pembelian besar-besaran Nick Leeson. Tindakan luar biasa ini akhirnya menyebabkan kerugian langsung sebesar £86 juta bagi Barings Bank, yang menyebabkan kebangkrutan langsung pada tahun 1995.
John William Meriwether bertaruh pada obligasi negara Rusia. Saat terjadinya krisis keuangan tahun 1998, harga obligasi negara Rusia mengalami fluktuasi tajam. Karena pasar khawatir Rusia akan mengalami kegagalan pembayaran utang, ia mengakibatkan penurunan harga obligasi negara tersebut secara signifikan. John William Meriwether memprediksi harga obligasi negara Rusia akhirnya akan pulih, maka ia terus meningkatkan jumlah pembeliannya.
Namun, dengan penurunan harga minyak yang terus menerus, ekonomi Rusia semakin memburuk.
Akhirnya, Rusia secara langsung mengumumkan penghentian perdagangan obligasi negaranya, dan menyebabkan LTCM mengalami kerugian langsung hingga $4.3 miliar. Tak hanya itu, karena strateginya yang khusus, sekali jika diizinkan akan menyebabkan kerugian besar bagi bank investasi besar yamg bekerja sama dengannya.
Ini kemudian menyebabkan banyak bank di Wall Street bangkrut. Akhirnya, di bawah tekanan dari Federal Reserve, 15 lembaga keuangan besar yang dipimpin oleh Merrill Lynch dan Morgan,
mencurahkan dana dalam jumlah besar untuk mencegah terjadinya krisis keuangan yang lebih besar di dunia keuangan.
Bill Hwang pernah dalam waktu singkat 7 tahun menghasilkan $5 miliar dari investasi $25 juta dengan tingkat pengembalian tahunan gabungan mencapai 200%. Selama tujuh tahun berikutnya, dia sekali lagi meningkatkan kekayaannya secara dramatis dan mengubah $200 juta menjadi $15 miliar.
Tetapi pada tahun 2021, dengan arah investasinya yang salah, dan terus-menerus menambahkan pembelian setelahnya, dia kehilangan seluruh kekayaan yang dikumpulkannya selama 17 tahun dan masih memiliki utang besar kepada Credit Suisse dan Nomura Securities. Ini sekaligus menyebabkan kerugian total bagi bank-bank besar di Wall Street yang bekerjasama dengannya mencapai $64.5 miliar untuk menciptakan rekor kerugian individu terbesar dalam sejarah.
Banyak teman mungkin akan bertanya kepada saya. Apa hubungan antara cerita ini dengan perdagangan saham? Saya pikir jika Anda benar-benar memikirkannya dengan serius, tak sulit untuk menyadari bahwa mungkin orang yang sukses, alasannya berhasil memiliki berbagai macam jalur yang berbeda. Tapi orang-orang yang gagal, meskipun alasan kegagalan mereka berbeda-beda, tetapi mereka memiliki satu titik kesamaan, yaitu setelah melakukan kesalahan dalam arah investasinya.
Mereka hanya tidak menyadari bahwa risiko mereka meningkat, mereka malah terus menambahkan pembeliannya, dan ini adalah alasan tak berhasil kembali yang tepat dalam survivorship bias.
Ini adalah poin yang perlu dipertimbangkan. Anda dapat mengingat investasi Anda sendiri di masa lalu, baik itu investasi saham maupun investasi emas, forex, dan sejenisnya. Apakah Anda pernah mengalami kerugian besar? Apa penyebab dari kerugian besar itu?
Ditulis Oleh : Hendri Chaniago
(Penulis merupakan siswa Sekolah Pasar Modal Group "Bull Bear Insight dan jurnalis di Riauin.com" )
Berita Lainnya
Charta Politika: Kenaikan Elektabilitas Doktor Ikhsan dan Kharisman Risanda Mencengangkan
Tragedi Kebakaran 2 Rumah Wartawan Sumut: Berita Dinanti Kritis Dihabisi
Perbedaan Pilkada DKI VS Pilkada Kampar : Baper
Seri Perdana Payung Negeri
Tangisan Anak Cucu Mandeh Ranah Minang
Pendataan Potensi Desa Dorong Ekonomi Berkelanjutan di Riau
Charta Politika: Kenaikan Elektabilitas Doktor Ikhsan dan Kharisman Risanda Mencengangkan
Tragedi Kebakaran 2 Rumah Wartawan Sumut: Berita Dinanti Kritis Dihabisi
Perbedaan Pilkada DKI VS Pilkada Kampar : Baper
Seri Perdana Payung Negeri
Tangisan Anak Cucu Mandeh Ranah Minang
Pendataan Potensi Desa Dorong Ekonomi Berkelanjutan di Riau