"Waktu SMP, saya sering berkelahi dan bercanda dengan teman-teman. Kalau berkelahi, saya selalu menang, karena saya punya jurus Naga. Zaman itu, jurus Naga sangat terkenal yang saya baca dari buku komik silat. Gara-gara sering menggunakan jurus Naga, akhirnya saya dipanggil Naga sama teman sebaya, hingga sekarang," urai Nasrul, sambil memperagakan jurus Naga yang membuat semua relawan yang hadir tertawa mendengar cerita itu.

"Wah, nanti di menit-menit akhir, jurus Naga ini harus dikeluarkan juga bang, biar kita menang di Pilwako Padang Panjang ini," celetuk salah seorang relawan, diiringi tawa Nasrul dan Angku Dt Eri yang duduk di sampingnya. Canda tawa selalu mengiringi pertemuan itu.

Silaturahmi penuh keakraban dan kekeluargaan sangat kental terasa bagi Nasrul - Angku Dt Eri serta puluhan relawan yang hadir, meski malam itu Kota Padang Panjang diguyur hujan lebat.

"Hujan lebat malam ini menandakan pertemuan awal Pak Nasrul dan saya ke Posko ini diberkati Allah SWT," timpal Angku Dt Eri, diiringi kata Aamiin dari semua relawan.

"Poskonya bagus, nanti kita lengkapi semua kebutuhan, biar semua tim bisa fokus dan semangat bekerja," ujar Nasrul.

Dia mengingat seluruh relawan untuk terus berjuang demi memenangkan NAGARI di Pilwako nanti. Bagi dia, menjelaskan asal usul nama Naga di belakang namanya sangat lah penting, karena dia tidak ingin disalahartikan oleh masyarakat.

"Kalau ditambah Si di depan, tentu jadi Sinaga, itu kan marga saudara kita dari Medan. Nanti dikira saya orang Medan pula. Ini menjadi tugas kita semua untuk menyampaikan kepada masyarakat Padang Panjang. Meski ayah dari Pariaman dan ibu Panyalaian, tapi sejak lahir hingga tamat sekolah di SMA Negeri Padang Panjang tahun 1985, saya ada di sini. Padang Panjang adalah kampung saya juga. Dan saya punya tanggung jawab besar untuk memajukan kota yang sama-sama kita cintai ini," tegas Nasrul.

"Saya ikut Pilwako ini ngak punya beban, tak ada sponsor di belakang saya. Jadi, tidak ada kepentingan yang akan menganggu saya nanti. Saya ikut Pilwako tulus dari hati yang terdalam untuk membangun kampung halaman. Kalimat ini selalu saya ulang-ulang dalam setiap pertemuan dengan warga," jelas Nasrul.

Sekitar 2 jam berdialog dengan relawan dalam suasana penuh keakraban, Nasrul dan Angku Eri meninggal Pasko Relawan guna melanjutkan kegiatan lainnya yang sudah dijadwalkan.(SD Dt Rangkai Tuo)