PILIHAN
Pertemuan SBY-Prabowo Ubah Poros Koalisi
JAKARTA, Riauin.com -- Pengamat politik dari Pusat Studi Islam dan Kenegaraan (PSIK) Indonesia Arif Susanto menilai pertemuan antara SBY dan Prabowo telah mengubah poros koalisi. Jika Pilkada Jakarta dijadikan acuan, saat itu terdapat tiga poros besar, yang masing-masing dikomandani oleh Gerindra, PDIP, dan Demokrat.
"Kini, polarisasi tersebut bergeser, mengarah pada dua kubu secara diametrikal yaitu, koalisi pendukung pemerintah dan koalisi oposisi," kata Arif, Jumat (28/7).
Namun demikian, menurutnya tidak bisa terburu-buru menyimpulkan, polarisasi ini sudah mapan. Sebab, pragmatisme membuat politik nasional menjadi amat cair dan mudah berubah.
"SBY sendiri mengatakan bahwa pertemuan ini tidak luar biasa. Artinya, belum terdapat kesepahaman besar yang dapat menjamin kebersamaan mereka, misalnya, hingga Pemilu 2019," terang Arif.
Arif menjelaskan, polarisasi politik sesungguhnya dapat bermakna positif jika kubu oposisi melakukan kontrol efektif terhadap pemerintahan. Namun, menjadi kontra-produktif jika oposisi diorientasikan untuk destabilisasi sosial.
Sebaliknya, koalisi besar pendukung pemerintah dapat menjadi dominasi, jika oposisi terlalu lemah, seperti masa 2004-2009. "Perimbangan kekuasaan akan mendinamisasi politik demokratis," ucap Arif.
Diketahui, Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menggelar pertemuan dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto di Cikeas pada Kamis (27/7) malam. Pertemuan tersebut menghasilkan suatu kesepakatan, yakni untuk meningkatkan kerja sama dan komunikasi kedua partai.(rol)
"Kini, polarisasi tersebut bergeser, mengarah pada dua kubu secara diametrikal yaitu, koalisi pendukung pemerintah dan koalisi oposisi," kata Arif, Jumat (28/7).
Namun demikian, menurutnya tidak bisa terburu-buru menyimpulkan, polarisasi ini sudah mapan. Sebab, pragmatisme membuat politik nasional menjadi amat cair dan mudah berubah.
"SBY sendiri mengatakan bahwa pertemuan ini tidak luar biasa. Artinya, belum terdapat kesepahaman besar yang dapat menjamin kebersamaan mereka, misalnya, hingga Pemilu 2019," terang Arif.
Arif menjelaskan, polarisasi politik sesungguhnya dapat bermakna positif jika kubu oposisi melakukan kontrol efektif terhadap pemerintahan. Namun, menjadi kontra-produktif jika oposisi diorientasikan untuk destabilisasi sosial.
Sebaliknya, koalisi besar pendukung pemerintah dapat menjadi dominasi, jika oposisi terlalu lemah, seperti masa 2004-2009. "Perimbangan kekuasaan akan mendinamisasi politik demokratis," ucap Arif.
Diketahui, Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menggelar pertemuan dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto di Cikeas pada Kamis (27/7) malam. Pertemuan tersebut menghasilkan suatu kesepakatan, yakni untuk meningkatkan kerja sama dan komunikasi kedua partai.(rol)
Berita Lainnya
Pastikan Keamanan Pilkada Serentak, Polsek Kuala Cenaku Gelar Patroli Bersama
Catat, Ini Hasil Kesepakatan Pasca Ratusan Warga Geruduk Kantor Bupati Kuansing
Protes Kegiatan Pengumpulan Camat dan Kepala Desa di Minggu Tenang, Ratusan Warga Geruduk Kantor Bupati Kuansing
Masyarakat Kuantan Mudik Murka, Suhardiman Amby Dibuang Sepanjang Adat
Pemerintahan Suhardiman Amby Dalam Pusaran Dugaan Korupsi, Sejumlah Pejabat Mulai Tak Nyenyak Tidur
Tiga Puluh Tahun Warga Singingi Menderita, Pemerintah Seolah Tak Peduli
Pastikan Keamanan Pilkada Serentak, Polsek Kuala Cenaku Gelar Patroli Bersama
Catat, Ini Hasil Kesepakatan Pasca Ratusan Warga Geruduk Kantor Bupati Kuansing
Protes Kegiatan Pengumpulan Camat dan Kepala Desa di Minggu Tenang, Ratusan Warga Geruduk Kantor Bupati Kuansing
Masyarakat Kuantan Mudik Murka, Suhardiman Amby Dibuang Sepanjang Adat
Pemerintahan Suhardiman Amby Dalam Pusaran Dugaan Korupsi, Sejumlah Pejabat Mulai Tak Nyenyak Tidur
Tiga Puluh Tahun Warga Singingi Menderita, Pemerintah Seolah Tak Peduli