PILIHAN
Geliat Desa Sungai Gayung Kiri Majukan
Pembangunan jalan di Desa Sungai Rangsang Kiri
RANGSANG, riauin.com-- Desa Sungai Gayung Kiri merupakan desa pemekaran dari Desa Tanjung Kedabu Kecamatan Rangsang Kabupaten Kepulauan Meranti tahun 2004. Desa yang terdiri dari tiga dusun 10 RT dan 5 RT dengan jumlah penduduk sebanyak 1.359 jiwa didiami 30 % suku Melayu, 20 % Tiongha 30 % Jawa dan 20 % lagi suku Bugis.
Membangun dan memajukan suatu daerah tidak lah semudah membalik telapak tangan, dengan kesabaran dan kekompakan masyarakat dan pemerintah setempat tentunya akan melahirkan sebuah keberhasilan yang sesuai dihati masyarakat. Keberhasilan suatu desa tidak terlepas dari perhatian pemerintah daerah.
Wan Ace M.Saleh selaku Kepala Desa Sungai Gayung mengatakan, Sungai Gayung Kiri telah dimekarkan dari desa Tanjung Kedabu pada tahun 2004.
Seiring waktu berjalan dengan penggantian kepala desa tentunya pemerintah desa dan pemerintah kabupaten sudah berusaha semampunya untuk membangun berbagai insfrastruktur. Baik dibidang kesehatan, pendidikan dan mengembangkan kearifan lokal.
"Alhamdulillah pada tahun 2018 berbagai pembangunan telah dikerjakan, seperti pembangunan jalan lingkungan, sarana MCK dan jembatan penghubung antar desa dan lapangan volly," katanya.
Tidak hanya dibidang pembangunan, Pemerintah Desa juga menunjang kemajuan dibidang pendidikan, untuk sekolah Paud. Pembangunan sarana pendidikan bantu dari Dana Desa (DDS) untuk operasionalnya.
"Kita cari tambahan guru PNS sedangkan untuk SD dan SMP Alhamdulillah kedua sekolah tersebut sudah ada 8 guru PNS tetap," jelas Kades.
Sedangkan untuk pembangunan perumahan guru belum terealisasi. Namun sejauh ini Pemerintah terus berusaha berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan Kabupaten.
Dibidang pelayanan kesehatan, Pemerintah Desa mewajibkan masyarakat melahirkan di Puskesdes. "Untuk lampu penerangan diambil sejauh ini masih disambungkan dari rumah saya, karena PLN belum masuk dan untuk pelayan Pos Yandu Balita dan Lansia dibiayai dari DDS," terangnya.
Selama ini warga menikmati listrik swasta yang dikelola pengurus Vihara, dengan membayar satu bulan lebih kurang sebesar Rp400.000.
Diakui, untuk kebutuhan listrik memang berat tapi mau bagaimana lagi, kalau tidak maka masyarakat tidak dapat lampu penerangan.
Dia bersyukur saat ini tiang listrik PLN sudah tercacah dan harapan Pemerintah Desa dan lapisan masyarakat segera dilanjutkan pekerjaan jaringan listrik. Mengingat Ramadhan tidak lama lagi dan diharapkan pada lebaran tahun ini warga Sungai Gayung Kiri sudah bisa menikmati listrik PLN.
"Berbicara mengenai potensi desa yang sangat besar ini Pemerintah Desa sudah coba rembukkan dengan pengusaha agar menjadi pendapatan desa. Tapi sayangnya kurang mendapat dukungan, sehingga Pemerintah Desa membuat kebijakan atau memutar otak kembali dengan menggaet kelompok UPKKS dengan membuat minyak vco dan minyak goreng kelapa. Alhamdulillah sekarang lagi menunggu IRT keluar, disamping itu juga program inovasi desa dengan membuat master plant taman bacaan disertai kolam renang yang rencana pelaksanaan dimulai tahun depan dan ini akan kami jadikan sebuah icon," paparnya.
Terkait masalah abrasi di Desa Sungai Gayung Kiri, masyarakat sangat khawatirkannya. Sebab, tanpa disadari abrasi di pulau ini semakin bertambah dan harus mendapat perhatian yang sangat serius dari pemerintah.
"Alhamdulillah untuk membenteng abrasi kita ada 6 km pohon api api sudah tumbuh, 9 hari lalu Tim Badan Restorasi Gambut (BRG) yang dipimpin Deputi 4 juga telah berkunjung ke desa. Menurut beliau akan melibatkan Kementerian Kelautan," ujarnya.
Sedangkan mengenai banyaknya kendala desa yang terjadi dalam proses lamanya pembayaran Pajak Pembangunan yang baru selesai dikerjakan, Kades mengaku sejauh ini mengenak hal itu tidak ada masalah.
"Karena setiap kali bendahara menyerahkan dana ke kami pajak tersebut dipotong langsung, sebenarnya kendala tidak ada sebabnya sistem sudah Siskuedes pajak langsung tertera diaplikasi tinggal bendahara sajalah lagi yang kerja," jelasnya.
Saat ini Pemerintah Desa sedang fokus pada pembangunan jalan, karena jalan merupakan urat nadi masyarakat, dan jalan juga merupakan akses bagi warga untuk melakukan aktifitasnya.
Untuk diketahui jarak dari Desa Sungai Gayung Kiri menuju Ibu kota Kecamatan lebih kurang 35 km dan jika melalui jalur darat menggunakan waktu lebih kurang satu jam dan jika melalui jalur laut menggunakan waktu selama 2 hingga 3 jam sedangkan untuk menuju kabupaten dengan menggunakan waktu dua jam sudah sampai.
"Tapi Alhamdulillah, selama ini warga berpergian menuju ibukota kecamatan banyak menggunakan jalur darat dan bahkan ada juga warga dari kecamatan lainnya seperti dari Kecamatan TebingTinggi Timur melewati Desa Gayung Kiri ini dengan menggunakan kendaraan darat untuk menuju kabupaten memakan waktu selama lebih kurang tiga hingga empat jam," terangnya.
Dijelaskannya untuk membangun sebuah jembatan di Desa Sungai Gayung Kiri ini membutuhkan dana yang sangat besar sekali, karena pantainya jauh sekali landainya dan perlu mendapat perhatian yang sangat serius dari pemerintah. Kades berupaya agar tahun depan pembangunan jembatan dapat dilaksanakan pembangunannya.
"Ini yang ingin saya usahakan supaya tahun depan sudah dibangunkan karena pelabuhan merupakan aktifitas warga untuk melakukan aktifitas bongkar muat barang. Saat ini di pelabuhan tidak dilakukan aktifitas bongkar muat barang karena sudah tidak memungkinkan untuk dijadikan dermaga. Karena pembangunan dermaga membutuhkan biaya sekitar Rp30 miliar. (adv/syahrul).
Membangun dan memajukan suatu daerah tidak lah semudah membalik telapak tangan, dengan kesabaran dan kekompakan masyarakat dan pemerintah setempat tentunya akan melahirkan sebuah keberhasilan yang sesuai dihati masyarakat. Keberhasilan suatu desa tidak terlepas dari perhatian pemerintah daerah.
Wan Ace M.Saleh selaku Kepala Desa Sungai Gayung mengatakan, Sungai Gayung Kiri telah dimekarkan dari desa Tanjung Kedabu pada tahun 2004.
Seiring waktu berjalan dengan penggantian kepala desa tentunya pemerintah desa dan pemerintah kabupaten sudah berusaha semampunya untuk membangun berbagai insfrastruktur. Baik dibidang kesehatan, pendidikan dan mengembangkan kearifan lokal.
"Alhamdulillah pada tahun 2018 berbagai pembangunan telah dikerjakan, seperti pembangunan jalan lingkungan, sarana MCK dan jembatan penghubung antar desa dan lapangan volly," katanya.
Tidak hanya dibidang pembangunan, Pemerintah Desa juga menunjang kemajuan dibidang pendidikan, untuk sekolah Paud. Pembangunan sarana pendidikan bantu dari Dana Desa (DDS) untuk operasionalnya.
"Kita cari tambahan guru PNS sedangkan untuk SD dan SMP Alhamdulillah kedua sekolah tersebut sudah ada 8 guru PNS tetap," jelas Kades.
Sedangkan untuk pembangunan perumahan guru belum terealisasi. Namun sejauh ini Pemerintah terus berusaha berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan Kabupaten.
Dibidang pelayanan kesehatan, Pemerintah Desa mewajibkan masyarakat melahirkan di Puskesdes. "Untuk lampu penerangan diambil sejauh ini masih disambungkan dari rumah saya, karena PLN belum masuk dan untuk pelayan Pos Yandu Balita dan Lansia dibiayai dari DDS," terangnya.
Selama ini warga menikmati listrik swasta yang dikelola pengurus Vihara, dengan membayar satu bulan lebih kurang sebesar Rp400.000.
Diakui, untuk kebutuhan listrik memang berat tapi mau bagaimana lagi, kalau tidak maka masyarakat tidak dapat lampu penerangan.
Dia bersyukur saat ini tiang listrik PLN sudah tercacah dan harapan Pemerintah Desa dan lapisan masyarakat segera dilanjutkan pekerjaan jaringan listrik. Mengingat Ramadhan tidak lama lagi dan diharapkan pada lebaran tahun ini warga Sungai Gayung Kiri sudah bisa menikmati listrik PLN.
"Berbicara mengenai potensi desa yang sangat besar ini Pemerintah Desa sudah coba rembukkan dengan pengusaha agar menjadi pendapatan desa. Tapi sayangnya kurang mendapat dukungan, sehingga Pemerintah Desa membuat kebijakan atau memutar otak kembali dengan menggaet kelompok UPKKS dengan membuat minyak vco dan minyak goreng kelapa. Alhamdulillah sekarang lagi menunggu IRT keluar, disamping itu juga program inovasi desa dengan membuat master plant taman bacaan disertai kolam renang yang rencana pelaksanaan dimulai tahun depan dan ini akan kami jadikan sebuah icon," paparnya.
Terkait masalah abrasi di Desa Sungai Gayung Kiri, masyarakat sangat khawatirkannya. Sebab, tanpa disadari abrasi di pulau ini semakin bertambah dan harus mendapat perhatian yang sangat serius dari pemerintah.
"Alhamdulillah untuk membenteng abrasi kita ada 6 km pohon api api sudah tumbuh, 9 hari lalu Tim Badan Restorasi Gambut (BRG) yang dipimpin Deputi 4 juga telah berkunjung ke desa. Menurut beliau akan melibatkan Kementerian Kelautan," ujarnya.
Sedangkan mengenai banyaknya kendala desa yang terjadi dalam proses lamanya pembayaran Pajak Pembangunan yang baru selesai dikerjakan, Kades mengaku sejauh ini mengenak hal itu tidak ada masalah.
"Karena setiap kali bendahara menyerahkan dana ke kami pajak tersebut dipotong langsung, sebenarnya kendala tidak ada sebabnya sistem sudah Siskuedes pajak langsung tertera diaplikasi tinggal bendahara sajalah lagi yang kerja," jelasnya.
Saat ini Pemerintah Desa sedang fokus pada pembangunan jalan, karena jalan merupakan urat nadi masyarakat, dan jalan juga merupakan akses bagi warga untuk melakukan aktifitasnya.
Untuk diketahui jarak dari Desa Sungai Gayung Kiri menuju Ibu kota Kecamatan lebih kurang 35 km dan jika melalui jalur darat menggunakan waktu lebih kurang satu jam dan jika melalui jalur laut menggunakan waktu selama 2 hingga 3 jam sedangkan untuk menuju kabupaten dengan menggunakan waktu dua jam sudah sampai.
"Tapi Alhamdulillah, selama ini warga berpergian menuju ibukota kecamatan banyak menggunakan jalur darat dan bahkan ada juga warga dari kecamatan lainnya seperti dari Kecamatan TebingTinggi Timur melewati Desa Gayung Kiri ini dengan menggunakan kendaraan darat untuk menuju kabupaten memakan waktu selama lebih kurang tiga hingga empat jam," terangnya.
Dijelaskannya untuk membangun sebuah jembatan di Desa Sungai Gayung Kiri ini membutuhkan dana yang sangat besar sekali, karena pantainya jauh sekali landainya dan perlu mendapat perhatian yang sangat serius dari pemerintah. Kades berupaya agar tahun depan pembangunan jembatan dapat dilaksanakan pembangunannya.
"Ini yang ingin saya usahakan supaya tahun depan sudah dibangunkan karena pelabuhan merupakan aktifitas warga untuk melakukan aktifitas bongkar muat barang. Saat ini di pelabuhan tidak dilakukan aktifitas bongkar muat barang karena sudah tidak memungkinkan untuk dijadikan dermaga. Karena pembangunan dermaga membutuhkan biaya sekitar Rp30 miliar. (adv/syahrul).
Berita Lainnya
Kendalikan Inflasi Jelang Ramadan, Ini Langkah Pemkab Meranti
Pemprov Riau Diharapkan Hibahkan Salah Satu Stadion di Pekanbaru Dikelola Pemko
Satpol PP Pekanbaru Tutup Paksa Tempat Hiburan Malam Akibat Langgar Jam Operasional
Soal Kantor Bupati Meranti Digadai Rp100 M, Ini Penjelasan BRK Syariah
Bakso, Nugget dan Daging Beku dari Malaysia Disegel Balai Karantina Meranti
Ini Alasan Bupati Meranti Ngotot Minta 'Porsi' Lebih ke Pusat
Kendalikan Inflasi Jelang Ramadan, Ini Langkah Pemkab Meranti
Pemprov Riau Diharapkan Hibahkan Salah Satu Stadion di Pekanbaru Dikelola Pemko
Satpol PP Pekanbaru Tutup Paksa Tempat Hiburan Malam Akibat Langgar Jam Operasional
Soal Kantor Bupati Meranti Digadai Rp100 M, Ini Penjelasan BRK Syariah
Bakso, Nugget dan Daging Beku dari Malaysia Disegel Balai Karantina Meranti
Ini Alasan Bupati Meranti Ngotot Minta 'Porsi' Lebih ke Pusat