Geliat Desa Sungai Gayung Kiri Majukan


Sabtu, 20 April 2019 - 19:30:31 WIB
Geliat Desa  Sungai  Gayung  Kiri Majukan  Pembangunan jalan di Desa Sungai Rangsang Kiri
RANGSANG, riauin.com-- Desa  Sungai  Gayung Kiri merupakan  desa  pemekaran  dari  Desa Tanjung  Kedabu  Kecamatan Rangsang Kabupaten  Kepulauan  Meranti  tahun 2004. Desa yang  terdiri  dari  tiga  dusun 10 RT dan 5 RT dengan jumlah  penduduk  sebanyak 1.359 jiwa  didiami  30 %  suku Melayu, 20 % Tiongha 30 % Jawa dan 20 %  lagi suku  Bugis.

Membangun  dan  memajukan  suatu daerah tidak  lah semudah membalik  telapak  tangan, dengan  kesabaran dan  kekompakan  masyarakat  dan pemerintah  setempat  tentunya  akan melahirkan  sebuah  keberhasilan  yang  sesuai dihati  masyarakat. Keberhasilan suatu  desa   tidak  terlepas  dari  perhatian pemerintah  daerah.

Wan Ace M.Saleh  selaku  Kepala  Desa Sungai Gayung  mengatakan, Sungai Gayung  Kiri telah dimekarkan dari desa  Tanjung  Kedabu pada tahun 2004.

Seiring  waktu  berjalan  dengan  penggantian kepala  desa  tentunya  pemerintah  desa  dan pemerintah  kabupaten  sudah  berusaha semampunya  untuk  membangun berbagai  insfrastruktur.  Baik  dibidang kesehatan, pendidikan dan  mengembangkan kearifan lokal.

"Alhamdulillah  pada  tahun  2018  berbagai pembangunan  telah  dikerjakan,  seperti pembangunan  jalan  lingkungan, sarana MCK dan  jembatan  penghubung antar  desa  dan  lapangan  volly," katanya.

Tidak  hanya  dibidang  pembangunan, Pemerintah  Desa  juga  menunjang  kemajuan dibidang  pendidikan, untuk sekolah Paud. Pembangunan sarana pendidikan bantu  dari  Dana Desa (DDS) untuk operasionalnya. 

"Kita  cari  tambahan guru  PNS sedangkan untuk SD dan SMP Alhamdulillah kedua  sekolah tersebut sudah ada 8 guru PNS tetap," jelas Kades. 

Sedangkan untuk pembangunan perumahan  guru belum  terealisasi. Namun sejauh  ini  Pemerintah  terus  berusaha berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan Kabupaten.

Dibidang pelayanan  kesehatan, Pemerintah Desa  mewajibkan  masyarakat melahirkan  di Puskesdes. "Untuk lampu penerangan  diambil sejauh ini masih disambungkan dari  rumah  saya, karena PLN belum masuk dan  untuk pelayan Pos Yandu  Balita  dan Lansia dibiayai dari DDS," terangnya.

Selama  ini  warga menikmati  listrik  swasta  yang  dikelola pengurus  Vihara, dengan  membayar  satu bulan  lebih  kurang  sebesar  Rp400.000.

Diakui,  untuk kebutuhan listrik memang  berat  tapi  mau  bagaimana lagi, kalau tidak maka masyarakat tidak dapat lampu penerangan. 

Dia bersyukur saat  ini  tiang  listrik PLN  sudah  tercacah  dan  harapan Pemerintah  Desa  dan  lapisan  masyarakat segera  dilanjutkan pekerjaan  jaringan  listrik. Mengingat Ramadhan  tidak  lama  lagi  dan diharapkan pada  lebaran  tahun  ini  warga Sungai  Gayung Kiri sudah  bisa  menikmati listrik  PLN.

"Berbicara  mengenai potensi  desa  yang  sangat  besar  ini Pemerintah  Desa  sudah  coba  rembukkan dengan  pengusaha  agar  menjadi pendapatan  desa. Tapi sayangnya kurang  mendapat  dukungan, sehingga Pemerintah  Desa  membuat  kebijakan  atau memutar  otak  kembali  dengan  menggaet kelompok  UPKKS  dengan  membuat  minyak vco  dan  minyak  goreng  kelapa. Alhamdulillah  sekarang  lagi  menunggu IRT keluar, disamping itu  juga  program  inovasi desa  dengan  membuat  master  plant  taman bacaan  disertai  kolam  renang  yang  rencana pelaksanaan dimulai tahun  depan  dan  ini  akan  kami jadikan  sebuah  icon," paparnya.

Terkait masalah abrasi di Desa Sungai Gayung Kiri, masyarakat sangat khawatirkannya. Sebab,  tanpa disadari  abrasi di pulau  ini semakin bertambah dan  harus mendapat perhatian  yang  sangat  serius dari pemerintah.

"Alhamdulillah untuk  membenteng abrasi kita ada 6 km pohon api api sudah tumbuh, 9  hari lalu Tim Badan Restorasi Gambut (BRG) yang dipimpin  Deputi  4 juga  telah  berkunjung  ke desa. Menurut  beliau  akan  melibatkan Kementerian  Kelautan," ujarnya.

Sedangkan mengenai banyaknya  kendala  desa  yang terjadi  dalam proses lamanya  pembayaran Pajak Pembangunan  yang  baru  selesai  dikerjakan, Kades mengaku sejauh ini mengenak hal itu tidak ada masalah. 

"Karena  setiap kali  bendahara  menyerahkan  dana  ke kami pajak  tersebut  dipotong langsung, sebenarnya  kendala  tidak ada sebabnya sistem  sudah  Siskuedes  pajak  langsung tertera  diaplikasi  tinggal  bendahara  sajalah lagi  yang  kerja," jelasnya.

Saat  ini Pemerintah Desa sedang fokus pada pembangunan jalan, karena  jalan merupakan urat nadi masyarakat, dan jalan juga merupakan  akses  bagi warga untuk melakukan aktifitasnya.

Untuk diketahui jarak dari Desa Sungai Gayung Kiri  menuju Ibu kota Kecamatan lebih kurang 35 km dan jika melalui jalur  darat menggunakan  waktu lebih kurang satu jam dan jika melalui jalur  laut menggunakan waktu selama  2 hingga 3 jam  sedangkan untuk  menuju  kabupaten  dengan menggunakan  waktu  dua  jam  sudah  sampai.

"Tapi Alhamdulillah, selama  ini  warga berpergian  menuju  ibukota  kecamatan banyak  menggunakan  jalur darat dan bahkan ada juga warga dari kecamatan lainnya seperti dari Kecamatan TebingTinggi Timur melewati Desa Gayung Kiri ini dengan menggunakan kendaraan darat untuk menuju kabupaten memakan waktu selama lebih kurang tiga hingga empat jam," terangnya.

Dijelaskannya untuk membangun sebuah jembatan di Desa Sungai Gayung Kiri ini membutuhkan dana yang sangat besar sekali, karena pantainya jauh sekali landainya dan perlu mendapat perhatian yang sangat serius dari  pemerintah. Kades berupaya agar tahun depan pembangunan jembatan dapat dilaksanakan pembangunannya.

"Ini yang ingin saya usahakan supaya tahun depan sudah dibangunkan karena pelabuhan merupakan aktifitas warga untuk melakukan aktifitas bongkar muat barang. Saat ini di pelabuhan tidak dilakukan aktifitas bongkar muat barang karena sudah tidak memungkinkan untuk dijadikan dermaga. Karena pembangunan dermaga membutuhkan biaya sekitar Rp30 miliar.  (adv/syahrul).