AI Beri Peluang Pustakawan untuk Eksplorasi Teknologi Baru
Gambar AI/sumber: internet
PENGEKSPLORASIAN teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) disambut baik oleh hampir semua sektor. Teknologi ini semakin menarik perhatian karena berbagai keunggulannya dalam mempercepat proses kerja dan mengubah perilaku dalam pelaksanaan tugas. Menyadari hal tersebut, profesi pustakawan perlu bersiap diri dengan memperkaya pengetahuan tentang isu-isu terkini, aktif di media sosial, dan mahir menggunakan berbagai aplikasi teknologi agar tetap relevan di tengah perkembangan pesat teknologi informasi.
Hingga saat ini, pustakawan masih dianggap sebagai penjaga ilmu (knowledge guardian). Namun, seiring dengan kemajuan teknologi, lingkup tugas mereka terus berkembang. Dulu, ketika internet mulai digunakan secara luas, banyak yang mempertanyakan peran pustakawan. Jika sebelumnya masyarakat datang ke perpustakaan untuk mencari bahan, kini informasi dapat diakses dengan mudah dalam hitungan detik melalui ujung jari.
Sebenarnya, pustakawan dan teknologi adalah dua hal yang tidak terpisahkan. Dalam era digital ini, hubungan antara keduanya semakin erat. Kehadiran AI membawa berbagai transformasi di dunia perpustakaan. Dalam konteks ini, pustakawan yang menguasai teknologi dapat memberikan layanan yang lebih inovatif dan relevan kepada masyarakat.
Kecerdasan buatan memungkinkan pustakawan mengelola koleksi perpustakaan secara lebih efisien. Melalui algoritma berbasis AI, sistem pengelolaan perpustakaan dapat mengenali pola penggunaan koleksi oleh pengguna, sehingga layanan seperti peminjaman buku atau sumber daya digital dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Selain itu, AI membantu mengklasifikasikan dan mengatalogkan koleksi secara lebih cepat dan akurat, mengurangi beban kerja manual yang sebelumnya memakan waktu.
AI juga mempermudah pencarian informasi melalui teknologi pencarian semantik (semantic search), yang memungkinkan hasil pencarian lebih relevan berdasarkan konteks, bukan hanya kata kunci. Hal ini menjadikan pustakawan mampu membantu pengguna menavigasi sumber informasi yang semakin kompleks.
Dalam peran mereka sebagai fasilitator informasi, pustakawan juga dapat menggunakan AI untuk meningkatkan literasi informasi di kalangan pengguna. Contohnya, chatbot berbasis AI dapat menjawab pertanyaan umum tentang layanan perpustakaan atau cara mengakses sumber tertentu. Dengan begitu, pustakawan dapat fokus pada tugas yang membutuhkan keterampilan analisis dan interaksi manusia yang lebih mendalam.
Namun demikian, penggunaan AI di dunia perpustakaan juga menghadirkan tantangan tersendiri. Salah satu tantangan utama adalah perlunya pelatihan bagi pustakawan agar memahami dan menggunakan teknologi AI secara efektif. Pendidikan dan pelatihan berkelanjutan menjadi kunci agar pustakawan tetap relevan di tengah perubahan teknologi yang cepat. Selain itu, isu etika, seperti perlindungan data pengguna dan transparansi penggunaan AI, juga memerlukan perhatian khusus.
Walaupun teknologi AI memberikan banyak kemudahan, interaksi manusia dalam layanan perpustakaan tetap memiliki nilai yang tidak tergantikan. Pustakawan mampu memahami kebutuhan unik setiap pengguna, memberikan panduan yang tepat, serta menciptakan pengalaman belajar yang bermakna. AI seharusnya dilihat sebagai alat pendukung, bukan pengganti peran pustakawan.
Teknologi AI sesungguhnya membuka peluang besar bagi pustakawan untuk mengembangkan peran mereka sebagai penjaga ilmu dan agen literasi informasi. Dengan memanfaatkan AI secara bijak, perpustakaan dapat menjadi lebih inklusif, adaptif, dan inovatif dalam memenuhi kebutuhan masyarakat modern. Di tengah peluang dan tantangan ini, pustakawan tetap menjadi pilar utama yang memastikan perpustakaan tidak hanya sebagai tempat penyimpanan informasi, tetapi juga sebagai pusat pembelajaran dan inspirasi bagi semua kalangan. Oleh karena itu, pustakawan harus terus memperbarui pengetahuan mereka, khususnya dalam bidang teknologi, agar tetap relevan dan unggul. ***
Penulis
Prof Madya Ts Dr Muhamad Saufi Che Rusuli
Dosen Fakulti Keusahawanan dan Perniagaan, Universiti Malaysia Kelantan.
Shazwani Binti Mohd Ezazi
Pustakawan Perpustakaan Dan Pengurusan Ilmu, Universiti Malaysia Kelantan.
Berita Lainnya
Telkomsel Gelar Ilmupedia Season 5: Kompetisi Cerdas Cermat Digital Libatkan 16.000 Pelajar
Trafik Broadband Telkomsel Melonjak 11.36%, Sukses Hadirkan Kenyamanan Jaringan dan Layanan di Pilkada Serentak 2024
Sinergi Telkom Group Hadirkan 5G dan Digital Manufacturing
Antisipasi Bahaya Media Sosial Bagi Remaja, Ini Kata Psikolog UI
Membantu Pekerjaan, AI Meningkatkan Daya Saing di Tempat Kerja
Platform Digital Praktis untuk Kebutuhan Proses Belajar
Telkomsel Gelar Ilmupedia Season 5: Kompetisi Cerdas Cermat Digital Libatkan 16.000 Pelajar
Trafik Broadband Telkomsel Melonjak 11.36%, Sukses Hadirkan Kenyamanan Jaringan dan Layanan di Pilkada Serentak 2024
Sinergi Telkom Group Hadirkan 5G dan Digital Manufacturing
Antisipasi Bahaya Media Sosial Bagi Remaja, Ini Kata Psikolog UI
Membantu Pekerjaan, AI Meningkatkan Daya Saing di Tempat Kerja
Platform Digital Praktis untuk Kebutuhan Proses Belajar