Mantan Menpora Orde Baru Abdul Gafur Meninggal Dunia
RIAUIN.COM - Mantan Menteri Pemuda dan Olahraga 1983-1988, Abdul Gafur, meninggal dunia dalam usia 81 tahun.
Almarhum meninggal pada pukul 06.35 WIB, Jumat (4/9/2020), di RS Pusat Angkatan Darat, Jakarta Pusat.
Dalam akun resmi Twitter Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Jimly Asshiddiqie, membagikan kabar duka meninggalnya eks Menpora Abdul Gafur.
"Innalillahi wainna ilaihi rojiuun. jam 06.35 pagi tadi, Bapak Dr. Abdul Gafur, mantan Menpora, meninggal dunia. Kita doakan husnulkhotimah. Alfatihah utk almarhum," tulis Jimmly dalam akun resminya tersebut.
Menurut keterangan Wantimpres Agung Laksono, Abdul Gafur meninggal akibat positif Covid-19 dengan penyakit penyerta antara lain diabetes tipe 2, anemia dan hiperkogulasi (gangguan pembekuan darah).
Berikut profil Abdul Gafur yang dirangkum Wartakotalive.com dari berbagai sumber:
Dikutip dari Wikipedia dr. Abdul Gafur Tengku Idris lahir di Patani, Halmahera Tengah, Maluku Utara, 20 Juni 1939.
Abdul Gafur adalah salah satu anggota DPR dari Golkar dan mantan Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia pada era Presiden Suharto.
Pernah menjalani sekolah dasar perwira pada tahun 1970 dan menjadi dokter AURI di Kalimantan.
Dalam buku berjudul, 'Abdul Gafur Zamrud Halmahera'. Buku autobiografi mengisahkan tentang perjalanan hidup Abdul Gofur.
Dia adalah tokoh aktifis angkatan 66 juga mantan perwira tinggi (Marsekal Muda TNI AU) Angkatan Udara Republik Indonesia. Sejak SMP di Ternate, Gafur aktif berorganisasi.
Pada tahun 1966, Abdul Gafur tampil sebagai pemimpin dalam organisasi Panitia Pengganyangan Gestapu PKI UI dan bergabung dengan KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia) melancarkan aksi-aksi Tritura (Tiga Tuntutan Rakyat) untuk mengganyang PKI.
Di era Orde Baru, Abdul Gafur diangkat sebagai anggota DPR/MPR Fraksi ABRI (1972-1978); Menteri Muda Urusan Pemuda dalam kabinet III (1978-1983); Menteri Negara Pemuda dan Olahraga (1983-1988); Anggota DPA RI (19881997); Wakil Ketua MPR RI (1997-1999).
"Ketika masih di HIS (setingkat Sekolah Dasar) saya pertama kali melihat Bung Karno menggelorakan motivasi dan mimpi-mimpi untuk berjuang demi republik. Eh, saat mahasiswa saya bersama kawan-kawan menjadi kurang respek karena beliau menolak untuk bubarkan PKI," tutur Gafur kala itu.
Di salah satu bab bukunya, Gafur antara lain memaparkan perjalanan hidupnya yang melewati enam zaman, yakni era penjajahan Belanda dan pendudukan Jepang, Demokrasi Liberal (remaja di Ternate), Demokrasi Terpimpin (Orde Lama), Demokrasi Pancasila (Orde Baru), dan Reformasi.
Di masa Orde Baru, di usia 38 tahun dia dilantik Presiden Soeharto menjadi Menteri Muda urusan Pemuda, 1978-1983.
Lima tahun berselang di tetap di kabinet dengan jabatan Menteri Pemuda dan Olah Raga atau disingkat Menpora.
"Itu sebutan Menpora saya yang ciptakan dan terpakai sampai sekarang," ujarnya.
Ada satu hal menarik di balik penunjukan sebagai menteri di periode pertama.
Karena pangkatnya kala itu masih Mayor (dokter Gafur menjadi Perwira Kesehatan di Angkatan Udara), Menhankam/Pangab Jenderal M. Panggabean rupanya keberatan Gafur ditunjuk menjadi menteri karena akan merepotkan para pejabat di daerah.
"Bila berkunjung ke daerah dan ada pimpinan militernya kan berpangkat Brigjen, masak harus memberi hormat kepada Mayor," begitu Gafur mengutip keberatan Panggabean.
Presiden Soeharto memahami keberatan tersebut.
Tapi kemudian dijelaskan bahwa yang diberi hormat seharusnya bukan Gafur sebagai Mayor tapi sebagai menteri yang merupakan pembantu langsung Presiden.
"Setelah dijelaskan demikian, akhirnya Pak Panggabean memahami. Saya dan empat menteri muda lainnya pun akhirnya dilantik selang sepekan setelah para menteri utama," papar Gafur.
Dikarunia usia hampir 80 tahun, dokter Gafur melintasi enam zaman dengan tujuh presiden. Dengan masing-masing presiden dia mengaku mengenal dan punya pengalaman sendiri, kecuali dengan Jokowi. Dengan Bung Karno dia pernah tiga kali bertemu langsung dan berjabat tangan. Habibie adalah koleganya yang sama-sama mulai masuk kabinet pada 1978.
"Dengan Mega dan SBY saya tidak punya komunikasi langsung, dengan Gus Dur mengenal dekat karena pernah beberapa kali mengundangnya untuk ceramah keagamaan. Pak Jokowi pun saya sama sekali tak kenal," ungkapnya.
Meksi demikian, dia mengaku amat terkesan dengan gaya kepemimpinan Jokowi yang merakyat dan sederhana. Hal lain yang lebih membedakannya dengan para presiden sebelumnya adalah kunjungan kerja ke daerah-daerah.
"Bayangkan, saat baru dua tahun beliau sudah lima kali ke Papua. Pak Harto menjadi Presiden selama 32 tahun hanya dua kali ke Papua," ujarnya.
Penulis Ayu Arman ditunjuk sebagai editor dalam proses pembuatan buku tersebut.
Ayu bercerita, buku ini bukan sekadar tentang perjuangan Abdul Gafur, tapi justru membaca perjalanan bangsa Indonesia.
"Dalam buku ini dia bercerita, dari zaman ke zaman. Meskipun dia merupakan pejabat orde baru, tapi dalam bukunya beliau objektif menilai. Ketika zaman Soekarno ia menilai sisi kelebihan dan kekurangan, begitu juga pada zaman Soeharto dan reformasi," kata Ayu saat peluncuran buku di Balai Kartini, Jakarta, Kamis.
Dalam peluncuran buku ini, dihadiri oleh sejumlah tokoh nasional. Di antaranya, Emil Salim dan Cosmas Batubara. Hadir pula senior Partai Golkar Akbar Tanjung dan Hajriyanto Y Thohari.
"Menurut saya membaca buku ini seperti membaca peta perjalanan Indonesia dari Sabang sampai Merauke," tambah dia.
Dari kesetiaannya mengabdi kepada negara Republik Indonesia, laki-laki kelahiran 20 Juni 1939 ini mendapat berbagai tanda kehormatan.
Di antaranya, Bintang Mahaputra Adipradana, Satyalancana Kesetiaan 8 tahun, Satyalancana Kesetiaan 16 tahun dan Satyalancana Dwidya Sistha.
Karir
Kepala Seksi Kesehatan Umum RSAU di Malang (1967–1968)
Dokter AURI di Kalimantan
Kepala Poliklinik KB RSAU Surabaya (1969–1979)
Anggota DPR RI Fraksi TNI (1972–1978)
Anggota MPR RI (1972–1978, 1997–2009)
Wakil Ketua MPR RI (1997–1999)
Anggota DPR RI Fraksi Golkar (2004-2009)[3]
Menteri Muda Urusan Pemuda Kabinet Pembangunan III (1978–1983)
Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia (1983–1988)
Anggota DPA RI (1988–1997)
Pengalaman Organisasi
Aktivis IPPI di Ternate (1955–1956)
Ketua Umum Pelajar SMA III B (1957–1958)
Anggota HMI (1959)
Bendahara Senat FK UI (1963–1964)
Wakil Ketua Dewan Mahasiswa UI (1963–1965)
Ketua Presidium KAMI UI/Pembantu Umum KAMI Pusat (1966)
Wakil Koordinator Pemuda Golkar (1971)
Wakil Presiden Majelis Pemuda Sedunia/Wakil Presiden Dewan Pemuda Asia (1972–1976)
Ketua KNPI (1973)
Ketua DPP Partai Golkar (1993–2004)
Ketua Umum Gabungan Pembangunan Pemuda Indonesia (1990–2004)
Ketua Umum Jam'iyatul Muslimin Indonesia (1992–2004)
Ketua Umum Warga Jaya Indonesia (1994–2004)
Berita Lainnya
Sejumlah Serpihan Ditemukan, KRI Nanggala 402 Dinyatakan Tenggelam
Ponpes di Indramayu Laksanakan Salat Tarawih 'Kilat', Pengurus: Ini Sudah Tradisi
Bantu Pencarian KRI Nanggala-402, AS Kirim Pesawat C-17
Ditetapkan Sebagai Tersangka, Wali Kota Tanjungbalai Syahrial Dibawa KPK ke Jakarta
Ikuti Latihan Penembakan Rudal dan Torpedo, Kapal Selam KRI Nanggala Hilang di Bali Utara
Unggahan Joseph Paul Zhang Diduga Menista Agama, Menag: Masyarakat Jangan Terpancing
Sejumlah Serpihan Ditemukan, KRI Nanggala 402 Dinyatakan Tenggelam
Ponpes di Indramayu Laksanakan Salat Tarawih 'Kilat', Pengurus: Ini Sudah Tradisi
Bantu Pencarian KRI Nanggala-402, AS Kirim Pesawat C-17
Ditetapkan Sebagai Tersangka, Wali Kota Tanjungbalai Syahrial Dibawa KPK ke Jakarta
Ikuti Latihan Penembakan Rudal dan Torpedo, Kapal Selam KRI Nanggala Hilang di Bali Utara
Unggahan Joseph Paul Zhang Diduga Menista Agama, Menag: Masyarakat Jangan Terpancing