Kanal

Drs. H. Samad Thaha, Sosok yang Tak Pernah Lelah Berjuang Untuk Kuantan Singingi

ORANG sukses mencari jalan
Orang gagal mencari alasan
Orang sukses melihat peluang
Orang gagal melihat kesulitan

Orang sukses mulai belajar
Orang gagal mulai protes
Orang sukses berjuang untuk menjadi bukti
Orang gagal asyik menunggu bukti

Orang sukses sibuk memperbaiki diri
Orang gagal sibuk mengomentari
Orang sukses mulai berlari
Orang gagal mulai berhenti

Orang sukses telah menjadi bukti
Orang gagal hanya menanti bukti
Berpikirlah positive maka aura positif akan menyertai

Salam sukses orang hebat tidak dihasilkan melalui kemudahan kesenangan, dan kenyamanan. Mereka dibentuk melalui kesukaran, tantangan, rintangan bahkan air mata.

Jangan pernah jadi manusia instan maunya yang gampang-gampang saja. Jadilah manusia intan yang sukses karena menikmati proses. Jangan pernah berharap manisnya keberhasilan. Sebelum merasakan kerasnya perjuangan.

PESAN seperti itu selalu disampaikan salah seorang tokoh pejuang dan pendidikan Riau asal Benai, Kuantan Singingi, Drs. H. Samad Thaha, M.B.A. Masih diingat dan tidak akan pernah lekang oleh orang-orang yang pernah mengenal dekat dengan dirinya.

Samad Thaha adalah sahabat, orang tua, dan guru yang tak pernah menggurui. Pribadi santun dan mengayomi melekat pada dirinya. Berbagai jabatan yang dipegangnya membuktikan kompotensi, profesionalitas, dan kafabalitasnya sebagai tokoh lintas zaman. Tak hanya di Kuantan Singingi, di Riau bahkan juga di Indonesia.

Perjalanan hidup Samad Thaha sangat panjang dan berliku. Ia menjalani pendidikan Sekolah Rakyat (SR) Telukkuantan, (1935 -1940) SVU di Telukkuantan (1940 – 1942), Normal School di Bukit Tinggi (1946-1947), Kursus Guru Bawah Tanjungpinang (1955), Sarjana Muda (1967-1970) dan Sarjana Lengkap di Unri, Pekanbaru (1976).

Sedangkan kariernya di dunia pendidikan dimulai ketika jadi guru di SR Telukkuantan (1942-1952), Kepala SR Telukkuantan (1952-1954), Kepala Sekolah Guru Bawah (SGB) Telukkuantan (1957-1960), Kepala Asrama Pelajar Tanjungpinang (1959-1961), dan Kepala SMP di Dabo Singkep (1961-1965).

Ketika menjadi guru itulah Samad Thaha sudah berjuang dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan RI. Bersama kawan-kawan seperjuangannya seperti Maridin Arbis asal Simandolak (Benai), Mukhtar Lutfi dan Moehamad Noer Raoef asal Baserah (Kuantan Hilir), Raja Intan Djudin asal Simandolak (Benai), dan M. Yusuf asal Lubuk Jambi (Kuantan Mudik) ikut berjuang dalam mempertahankan kemerdekaan RI.

Dari Sentajo rekan seperjuangan Samad Thaha di antaranya adalah pasangan suami istri Zainal Abdin dan Uni Tjurai, Mohammad Sahe, H. Syamsuddin, Oemar, Mudahi Ongku Lomah, Sahamuddin, dan lainnya.

Pada 1948 Samad Thaha bergabung dengan pasukan “Ular Todung” di daerah Pucuk Rantau (Hulu Kuantan). Ia bertugas di bagian logistik. Berkat perjuangannya itu, ia tercatat sebagai anggota Legiun Veteran RI Provinsi Riau. Ia juga anggota Pembentukkan Sumatra Tengah yang ikut dalam pembentukkan Provinsi Riau.

Usai melaksanakan pendidikan sebagai Kepala Sekolah SMP di Dabog-Singkep, Samad Thaha ditunjuk menjadi menjadi pejabat di lingkungan Kantor Wilayah Departemen P dan K Provinsi Riau. Seperti Kepala Inspeksi PUKK (1967-1971), Kepala Bidang Pendidikan Menengah Umum (1971-1979), dan Pengawas (1979-1980).

Dalam organisasi profesi pendidikan, Samad Thaha pernah menjadi Ketua PGRI Riau (1975 – 1980) dan Wakil Sekretaris Jendral PB PGRI (1985 – 1987). Ia merupakan orang Kuantan Singingi pertama yang duduk dalam kepengurusan inti PB PGRI.

Setelah Samad Thaha baru muncul Drs. H. Soemardhi Thaher asal Inuman selaku: Ketua PB PGRI (1984-1989) dan Sekretaris Jendral PB PGRI (1989-2004). Terakhir nama Drs. Huzaifah Dadang AG, M.Si asal Baserah (Kuantan Hilir) selaku Ketua PB PGRI (2019-2024).

Dalam bidang politik, Samad Thaha merupakan politisi asal Kuantan Singgingi yang pernah menjadi anggota DPR RI (1982-1987) dari Golkar pada era kepemimpinan Presiden Soeharto. Ia adalah anggota DPR RI keempat asal Kuantan Singingi setelah Buya Ma’rifat Mardjani dari Partai Perti (1956-1959) asal Lubuk Jambi pada era Soekarno, KH Umar Usman (1971 – 1976) asal Telukkuantan dan Drs. H. Maridin Arbis (1977-1982) asal Simandolak pada era Soeharto.

Selanjutnya pada era reformasi ada Mafirion asal Jake yang jadi Pengganti Antar Waktu politikus Partai Kebangkitan Bangsa Dr. Ir. H. Lukman Edy, M.Si (2018-2019) pada era Presiden Jokowi.

Di luar aktivitasnya di bidang organisasi dan politisi, Samad Thaha juga bergerak mengembangkan pendidikan melalui yayasan yang dikelolanya. Misalnya meng-inisisasi pendirian dan pembangunan SMA Negeri 450 kini SMA Negeri 1 Telukkuantan yang dulunya dikenal dengan SMA lengkap. Sekolah itu dibangun semasa ia menjabat sebagai Kepala Bidang Pendidikan Menengah Umum pada Kantor Wilayah Departemen P dan K Provinsi Riau.

Lalu bersama dengan Intan Judin dan Musa Jasdi serta tokoh masyarakat Benai mereka mendirikan SMP IV Koto Benai (sekarang SMPN 1 Benai) di bawah naungan Yayasan Pendidikan IV Koto Benai. Usai berjalan baik lalu mendirikan SMA (sekarang SMAN 1 Benai). Terakhir pada 1995 bersama Bakrie K, B.A. mantan anggota DPRD Riau mendirikan MDA dan SMK (sekarang bernama SMK Negeri 1 Benai) yang bernuansa Islami dibawahi naungan Yayasan Pendidikan Islam Muttaqin (YPIM) Benai.

Sampai sekarang oleh Pemerintah Kabupaten Kuantan Singingi nuansa islami itu masih tetap dipertahankan, dan menjadikan sekolah tersebut sebagai percontohan. Begitu, SMP, SMA, dan SMK tadi mulai eksis, lantas diserahkan untuk dijadikan sekolah negeri yang dibiayai pemerintah. Untuk pengabdian Samad Thaha di dunia pendidikan pemerintah menganugerahkan Satya Lencana pada 1978.

Segudang aktivitasnya mulai dari guru Sekolah Rakyat sampai pada pendiri dan pengurus yayasan yang menyelenggarakan pendidikan menengah dan tinggi di tanah kelahirannya. Itu adalah bukti cinta terhadap tanah tumpah kelahirannya: Benai pada khususnya dan Kuantan Singingi pada umumnya.

Sebagai tokoh masyarakat, Samad Thaha juga dipercaya menjadi anggota Dewan Penasihat Lembaga Adat Melayu Riau. Lalu sebagai Ketua Pengarah bersama Drs. Hasan Noesi Js, M.B.A., sebagai Ketua Panitia melaksanakan Seminar dan Musyawarah Besar Rakyat Kuantan Singingi untuk pembentukkan Kabupaten Kuantan Singingi pada 9 -10 Juli 1999 di Gedung Abdoer Raoef Telukkuantan, Kecamatan Kuantan Tengah.

Ketika Kuantan Singingi dimekarkan jadi Kabupaten, Samad Thaha bersama Prof H. Suwardi MS mendirikan Yayasan Perguruan Tinggi Kuantan Singingi. Melalui yayasan ini mereka mendirikan dan mengelola Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Unggulan Swarnadwipa (STIP-US) dan Sekolah Tinggi Teknologi Unggulan Swarnadwipa (STT-US) di Telukkuantan, Kuantan Singingi dengan akta notaris: Tito Utoyo, SH, tanggal 30 Juni 2000, Nomor 92 dan berhasil diperoleh izin tanggal 5 Juli 2001, dengan Nomor Izin: 66/D/O/2001.

Kedua Sekolah Tinggi itu bergabung dengan Yayasan Pendidikan Tinggi Islam Kuantan Singingi menaungi Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) menjadi cikal bakal Universitas Islam Kuantan Singingi (UNIK).

Bagi masyarakat Kuantan Singingi terutama yang berasal dari Benai yang kuliah di Pekanbaru, Samad Thaha merupakan orangtua tempat mengadu apabila ada kesulitan. Bukan hanya masalah kuliah tetapi juga masalah ekonomi. Karena kebanyakan mahasiswa waktu itu berasal dari orangtua yang kurang mampu.

Dari pernikahannya dengan Hj. Fatimah Zainab mereka memiliki 10 buah hati yang berkarier dalam pelbagai bidang. Anak, cucu, dan cicitnya kini sudah tersebar di pelbagai daerah di Indonesia.

Samad Thaha meninggal dunia pada Kamis 30 September 2010 sekitar pukul 12.00 WIB di Rumah Sakit Awal Bros, Pekanbaru dalam usia 84 tahun. Dikebumikan di Taman Pemakaman Umum Tobek Sontual Desa Koto Telukkuantan. Kepergianya memberikan kesan mendalam bagi generasi penerusnya.

Gubernur Riau (2003-2008 dan 2008-2013), H. M. Rusli Zainal, S.E., M.M menyebut Samad Thaha salah seorang tokoh Riau yang banyak berjasa untuk daerah Riau. "Pak Samad adalah salah seorang putra terbaik Riau yang patut diteladani. Dia tak pernah lelah berjuang untuk Kuantan Singingi yang dicintainya," jelas Rusli.

Selama masa hidupnya menurut mantan Ketua PGRI Riau, Prof. Dr. Isjoni Ishaq, M.Si mengatakan Samad Thaha adalah tokoh panutan para guru. Hal itu dibuktikan dengan kedekatannya para guru. Tidak membeda-bedakan guru dari berbagai kalangan, semua dinilainya sama.

"Selalu mendengar dan menghargai pendapat orang lain. Tidak pernah membantah, apalagi menidakkan. Semuanya itu dilakukannya," kenang Isjoni sembari mengatakan dikalangan pendidik dan non pendidik, Samad Thaha dikenal dengan keramahan tamahannya.

Di mata teman seperjuangan dalam pemekaran Kabupaten Kuantan Singingi Dr. Ir. Mardianto Manan, M.T, sosok Samad Thaha sangat kebapakan, santun, dan penyayang. “Pak Samad Thaha tak pernah berkata kasar pada kami sewaktu sama-sama duduk jadi panitia pendirian pemekaran Kuantan Singingi,” ujarnya mengenang.

Lalu ketika ditanya kisah duka bersama Samad Thaha, Mardianto Manan langsung mengisahkan perjalanan mereka dan rombongan selama satu hari dua malam ke Jakarta. Kami berangkat ke Jakarta naik bus Lorena dari Wisma Narasinga Jl. Diponegoro, Pekanbaru. Sesampai di Jakarta beliau jadi guide kami. Atas jasa hubungan baik beliaulah kami bisa nginap gratis di Gedung Guru yang berada di Gambir dan Tugu Monas.

“Kami jalan bersama dan Pak Samad Thaha menceritakan nostalgianya ketika jadi anggota DPR/MPR RI dan Pengurus PB PGRI. Saya termotivasi mengikuti perjuangan beliau. Bagi saya beliau adalah orang tua, guru, dan sahabat dalam suka maupun duka kendati umur kami terpaut sangat jauh,” ujarnya.

“Saya masih ingat pidato perlawanan ingin “merdeka” dari Indragiri Hulu berjudul: "membangkit batang terendam." Pidato itu dibacakannya berapi-api di depan Gubernur Riau Saleh Djasit, S.H dan Bupati Indragiri Hulu Ruchiyat Saefuddin di Balai Adat Kuantan Singingi pada Mubes Masyarakat Kuantan Singingi pada 9-10 Juni 1999 disambut riuh rendah warga,” ujar anggota DPRD Riau dari PAN ini dengan deraian air mata.

Menurut Mardianto Manan, suara Samad Thaha memang pelan ketika menjelaskan keperihan Kuantan Singingi, dan meledak-ledak ketika ingin mendirikan pemekaran Kuantan Singingi. “Kuantan bagaikan surga nan menghasilkan segala. Ke sungai berbuah pasir ke rimba berbuah kayu,” katanya seperti diingatkan oleh Mardianto Manan.

Samad Thaha memang telah tiada. Tapi nama baik dan jasanya tak dilupakan.

Riwayat Hidup Drs H Samad Thaha, MBA

Riwayat Pendidikan
1. SR: 1935 -1940
2. SVU: 1940 - 1942
3. Normaal School: 1946-1947
4. KGB: 1955
5. Sarjana Muda/D-3 IKIP Jakarta/ FKIP Unri: 1967-1970
6. Sarjana Lengkap/S-1: 1976

Riwayat Pekerjaan:
1. Guru SR Telukkuantan: 1942-1952
2. Kepala SR Telukkuantan: 1952-1954
3. Kepala SGB Telukkuantan: 1957-1960
4. Kepala Asrama Pelajar di Tanjungpinang: 1959 - 1961
5. Kepala SMP Dabo Singkep: 1961 -1965
6. Kepala Inspeksi PUKK Riau: 1967 - 1971
7. Kabid PMU1: 1971-1975
8. Kabid PMU Kanwil P& K Riau 1975-1979
9. Pengawas Kanwil P & K Riau: 1979 - 1980
10. Ketua PGRI Riau: 1975 - 1980
11. Anggota DPR RI: 1982 -1987
12. Wakil Sekjen DPP PGRI: 1985 - 1987

Riwayat Lain-Lain
1. Anggota Pembentukkan Sumatera Tengah
2. Ikut Pembentukan Propinsi Riau
3. Anggota Pasukan Ular Todung 1948 di Pucuk Rantau Hulu Kuantan
4. Anggota Veteran Republik Indonesia
5. Penerima Penghargaan Satya Lencana Karya Satya 1978
6. Dewan Pengurus Lembaga Adat Melayu Riau
7. Ketua MUBES Rakyat Kuantan Singingi: 1999
9. Pendiri Yayasan Jalur Wisata Pekanbaru
10. Pendiri Yayasan STIP Kuantan Singingi
11. Pendiri/pengurus Yayasan Pendidikan Islam Kuantan Singingi
12. Pendiri dan Ketua Yayasan Pendidikan Islam Muttaqin Benai.

Penulis: Sahabat Jang Itam dan Tim
 

Ikuti Terus Riauin

Berita Terkait

Berita Terpopuler