Kanal

Kerenah

DALAM bahasa melayu, ada sebuah kata yang sudah jarang saya dengar, yaitu kerenah. Mungkin di daerah-daerah lain selain Pekanbaru, kata ini masih sering diucapkan, tetapi di Pekanbaru, penggunaan kata ini sudah langka. 

Kerenah bermakna perangai. Dahulu, orang-orang tua sering berkata, “ini kerenah budak-budak tu lah ni” atau “ inilah kerenah manusie”. Mungkin kata “kerenah” ini menjadi asal-muasal kata “karena” di Indonesia. 

Apa kaitannya dengan Corona? Gak ada sama sekali. Corona berasal dari bahasa Latin dan Kerenah itu sendiri kabarnya dari bahasa Arab. Tetapi antara Kerenah dan Corona, hampir memiliki kesamaan bunyi. Kesamaan bunyi ini yang membuat kerenah dan corona menjadi perbincangan yang menarik.

Jadi, kerenah manusia bisa juga di sebut sebagai akibat dari perangai manusia. Saya tertarik melihat kerenah manusia ini dari sisi ekonomi. Dalam ekonomi, ada yang disebut dengan motif ekonomi. Motif ekonomi menjelaskan berbagai tingkatan manusia modern, dari sekadar memenuhi kebutuhan sehari-hari hingga untuk mendapatkan pengakuan dari masyarakat. Ada banyak teori motif ekonomi, tetapi hampir semuanya hanya memperhatikan kepentingan individu. 

Jika kita belajar ekonomi, sebuah ungkapan selalu menjadi makanan pokok, yaitu kebutuhan yang tidak terbatas sementara sumber daya yang terbatas. Makanan ini menjadi sebuah trigger bagi manusia, sebagai mahkluk ekonomi untuk berlomba mengumpulkan sumber daya terbatas tersebut. 

Untuk apa? Ya untuk memenuhi kebutuhan individu yang berlomba tersebut. Perilaku inilah yang pada akhirnya membuat sumber daya tidak terdistribusi dengan merata. Bagi yang kuat, maka dia akan mengumpulkan sumber daya tersebut hingga hitungan keturunan, sementara bagi yang lemah, sumber daya yang berhasil dikumpulkan hanya untuk hitungan hari dan itupun harus berbagi dengan individu lemah lainnya. Dengan kata lain, terjadi ketidak seimbangan pendistribusian sumber daya. 

Dalam ekonomi kita juga diajarkan motif menggunakan uang. Uang adalah media yang cocok untuk mengilustrasikan ketidakseimbangan ini. 

Motif memegang uang menurut JM Keynes adalah motif transaksi, motif berjaga-jaga dan motif spekulasi. Pada tingkatan akhir, individu di gambarkan memiliki visi untuk menggandakan uang yang mereka miliki dengan membuat proyeksi, apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. 

Sehingga, individu termotivasi untuk terus mengumpulkan uang dan sumber daya, demi untuk memenuhi kebutuhan di masa akan datang. Suatu situasi si individu entah masih eksis entah tidak pada masa itu. Tetapi itulah mofif manusia, secara nurani sebetulnya ada penolakan, tetapi ketakutan akan teori terbatasnya sumber daya membuat individu terus berlomba mengumpulkan sumber daya. 

Pada akhirnya, ketidak seimbangan akan mencapai titik puncak, kemudian meledak. Penyebaran virus corona kurang lebih adalah titik puncak ketidakseimbangan dalam manusia menggali sumber daya yang ada. Itulah makanya saya sebut kerenah. Kerenah manusia alias perangai manusia.

Puncak tragedi dari corona itu sendiri bukanlah karena terjangkitnya virus, tetapi terlihatnya secara jelas mana individu yang kelebihan sumber daya dan mana individu yang kurang sumber daya. Dan dengan keterpaksaan maupun sukarela, yang banyak sumber daya harus menyerahkan simpanan-simpanan sumber daya mereka kepada yang tidak memiliki.

Sadar atau tidak sadar, semua paham bahwa cepat atau lambat, jika kesimbangan tidak dikembalikan, yang memiliki simpanan tujuh turunan sumber daya pada akhirnya akan kehabisan sumber daya, entah karena di bagi atau karena paksaan, atau penjarahan. 

Ilustrasi yang tepat menurut saya untuk menggambarkan ketidakseimbangan ini adalah ketika punahnya serigala di sebuah kawasan di Amerika Serikat. Awalnya keberadaan serigala tersebut menyebabkan banyaknya hilang hewan-hewan ternak hewan buruan hutan seperti rusa, kerbau liar dll.

Kemudian pemerintah setempat melegalkan perburuan serigala, bahkan dibuat seyembara untuk berburu serigala, sehingga serigala di kawasan tersebut menjadi punah. Punahnya serigala tersebut membuat keseimbangan alam kawasan tersebut terganggu. 

Dengan tidak adanya serigala, membuat rusa dan binatang hutan lainnya berkembang pesat. Banyaknya rusa menyebabkan tanaman-tanaman hijau seperti rumput menjadi lahan tandus, karena di makan oleh kawanan rusa, sehingga terjadi erosi tanah, dan pada akhirnya, karena ketiadaan rerumputan dan tanaman hijau, membuat rusa dan hewan-hewan lainnya juga terancam. 

Sebuah kisah menarik juga diceritakan dalam Al-Quran, yaitu kisah kaum Madyan yang terkenal memiliki perekonomian yang maju. Tetapi akhirnya kaum madya musnah akibat kesalahan mereka sendiri, yaitu karena tidak menjaga keseimbangan dalam kehidupan, khususnya kehidupan ekonomi.(*)

Donal Devi Amdanata PhD adalah pengamat sosial kemasyarakatan, berdomisili di Pekanbaru.

Ikuti Terus Riauin

Berita Terkait

Berita Terpopuler