Kanal

Sudah 15 Tahun Semburan Lumpur di Sidoarjo, Peneliti: Lumpur Akan Mengalir Setidaknya Selama 40 tahun

RIAUIN.COM -  Sudah 15 tahun  semburan lumpur di Sidoarjo sejak pertama kali terjadi pada 29 Mei 2009 lalu. Saat ini semburan lumpur setara dengan sekitar 25 kolam renang ukuran olimpiade. 

Semburan lumpur telah mengubur ribuan rumah, pabrik, dan toko. Saat ini diyakini mencakup area seluas lebih dari 650ha dan tidak menunjukkan tanda-tanda akan berhenti.

Semburan lumpur Sidoarjo telah mengganggu kehidupan sekitar 60.000 orang, mereka terpaksa mengungsi atau beradaptasi dengan kondisi yang tidak menyenangkan. Aliran lumpur juga menghasilkan metana, gas rumah kaca yang kuat yang menyebabkan pemanasan global dan menyebabkan perubahan iklim.

Sebuah studi Februari oleh peneliti senior Adriano Mazzini menunjukkan bahwa aliran lumpur melepaskan 100.000 ton metana setiap tahun ke atmosfer. Ini dikatakan sebagai situs dengan emisi metana tertinggi yang pernah tercatat untuk satu manifestasi gas alam.

Beberapa orang berpendapat bahwa letusan itu dipicu oleh gempa berkekuatan 6,3 skala Richter dua hari sebelumnya di Yogyakarta, sekitar 260 km jauhnya.

Ada juga masyarakat yang meyakini bahwa pemboran yang dilakukan oleh perusahaan migas Lapindo Brantas di dekatnya adalah biang keladinya. Yang lain berpikir bahwa kombinasi dari kedua peristiwa tersebut mungkin telah berkontribusi pada semburan lumpur.

Sebuah studi tahun 2017 menunjukkan bahwa suhu lumpur yang sebelumnya 100 derajat Celcius adalah 60 derajat Celcius. Data Badan Meteorologi menunjukkan suhu rata-rata di Sidoarjo mengalami peningkatan kurang dari 1 derajat Celcius dalam 15 tahun terakhir.

Untuk memastikan bahwa semburan lumpur tidak terus-menerus mengubur lingkungan, tanggul dan pipa telah dibangun untuk mengalirkan lumpur ke sungai terdekat.

Lumpur terdiri dari 80 persen air, kata Pattiasina Jefry Recky, Kepala Pusat Pengendalian Lumpur (PPLS) Sidoarjo yang merupakan badan yang mengawasi aliran lumpur.

“Lumpur dari semburan itu sekitar 60.000 hingga 90.000 meter kubik per hari. Dan kami dapat mengalirkan sekitar 30 juta meter kubik per tahun ke sungai Porong, tetapi itu tidak cukup karena kami menghadapi banyak masalah.

“Kapal yang (memompa lumpur) itu kapal tua, jadi kami tidak bisa bekerja lebih efektif,” ujarnya.

Selain itu, pihaknya perlu memastikan tanggul tersebut kuat.

Pattiasina mengatakan beberapa ahli geologi memperkirakan bahwa aliran lumpur akan mengalir setidaknya selama 40 tahun.

“Baru 15 tahun. Kalau drainase dan pelindung tanggul aman, maka aman.

"Kami hanya takut pada musim hujan karena tanggul kami adalah bendungan dari tanah. Dibangun secara terburu-buru saat itu. Bagi kami orang teknis, tanggul teknis tidak boleh seperti itu."

Dia mengatakan tinggi tanggul saat ini adalah 11 meter dan tidak bisa lebih dari itu. 

"Kami khawatir jika lebih tinggi akan runtuh karena daya dukungnya tidak kuat,” imbuhnya. -dn

Ikuti Terus Riauin

Berita Terkait

Berita Terpopuler