Kanal

Dulu Punya 86 Karyawan, Kini Satu Gerai Tutup, Begini Nasib Batik Nagori Imbas Motifnya Dijiplak

RIAUINCOM- Usaha Batik Nagori di Kabupaten Kuantan Singingi dulu merupakan usaha batik yang cukup maju perkembangannya. Boleh jadi, usaha yang diprakarsai oleh Surmayanti itu tonggak awal kebangkitan batik di negeri jalur tersebut.

Surmayanti telah bertungkus lumus memperkenalkan batik Kuansing keberapa daerah. Peminat batik buatannya tidak hanya dipasarkan didalam daerah, bahkan telah merambah ke luar daerah. 

Saking banyaknya orderan waktu itu, Surmayanti harus dibantu oleh 86 karyawannya. Karyawan yang diperkerjakannya itu merupakan anak anak muda yang telah dilatih membatik melalui sekolah khusus 

Di rumah produksi batik Nagori, Surmayanti dan 86 karyawannya menciptakan dua jenis batik. Batik tulis dan batik cap. Motif batik yang diimplementasikan diatas kain itu terdiri dari berbagai motif. Ada motif perahu baganduang dan ada motif pendayung serta puluhan motif lainnya yang telah dipatenkan jauh jauh hari ke Kemenkumham RI.

Kepala Dinas Perdagangan dan Industri Kabupaten Kuansing Azhar Ali pun mengakui bahwa setiap jenis batik yang diproduksi oleh Batik Nagori telah diakui oleh Hak Kekayaan Intelektual (HAKI).

Bahkan, dari 25 motif batik, 20 diantaranya merupakan milik Batik Nagori. "Dan lima motif lagi milik KUB Anak Lebah," tutur Azhar.

Surmayanti tak ingin sukses sendirian, berkat kepiawaiannya membesarkan usaha batik di Kuansing, pengalaman tersebut ia torehkan ke teman teman yang lain, dengan harapan agar lebih banyak lagi pembantik pembatik di Kuansing bisa hidup dari karya batik.

Ibarat gayung bersambut, niat Surmayanti ternyata mendapatkan respon yang baik dikalangan pelaku usaha. Saat ini telah ada 16 KUB dibidang batik. Dan Surmayanti dipilih menjadi Ketua Asosiasi Batik di Kuansing.

"Alhamdulillah, selain tradisi pacu jalur, Kuansing juga terkenal batiknya. Inilah harapan kami sesungguhnya," ujar Surmayanti. 

Namun siapa sangka, niat baik Surmayanti itu tidak selalu berjalan mulus. Ditengah perjalanan yang panjang dalam membesarkan batik tulis di Kuansing ternyata ada saja pihak lain yang ingin 'menangguk di air keruh' dimana, pembatik tradisional tengah menghadapi persoalan yang sangat pelik. 

Plagiat motif batik tengah menjamur. Pengusaha nakal mencuri motif batik mereka dan mencetak menggunakan mesin printing (Pabrikan) secara masal. Akibatnya, satu persatu usaha batik yang dikembangkan bersama oleh KUB itu jatuh bertumbangan. 

Pasalnya, akibat gempuran batik printing yang mengadopsi batik mereka telah mengakibatkan harga pasaran batik jatuh. Dan lagi konsumen lebih memilih produksi yang lebih instan.

Kerugian pun dialami oleh Batik Nagori. Yang dulunya memiliki 86 Karyawan, kini tersisa 16 karyawan saja. Bukan hanya itu, untuk melayani konsumen, Batik Nagori yang dulunya memiliki dua gerai, kini hanya tersisa satu satu gerai yang beroperasi.

"Orderan jauh berkurang, makanya satu gerai terpaksa kami tutup,' cetus Surmayanti.-hen

Ikuti Terus Riauin

Berita Terkait

Berita Terpopuler