Kanal

Bupati Mursini Menyelamatkan Petani Karet di Kabupaten Kuansing

RIAUIN.COM - Sudah sejak lama petani karet di Kabupaten Kuansing tidak bergairah akibat harga yang semakin anjlok. Bahkan telah banyak petani karet beralih fungsi menjadi petani sawit. Sebagian besar pekebun karet tidak terlalu memperdulikan lahan karet mereka karena biaya yang dikeluarkan tidak sebanding dengan pendapatan. 

“Jangankan untuk peremajaan, pemupukan saja sudah bertahun-tahun tidak dilakukan petani,” cerita Masri, petani karet di Kecamatan Hulu Kuantan kepada Riauin.com, Selasa (8/12/2020).

Sejak harga jatuh karena dampak pelemahan ekonomi global,  pendapatan pekebun karet menyusut drastis. Dalam satu hektare hanya mendapatkan Rp600 ribu-Rp800 ribu per bulan, sementara sebagian besar petani di desa tersebut hanya memiliki 1-2 hektare lahan saja.

Walhasil, sebagian mulai meninggalkan kebun karetnya atau tidak lagi menyadap getah. Bahkan, beberapa petani memilih menebang pohon karetnya untuk diganti dengan tanaman sawit.

"Ada juga yang menjual total lahannya dengan harga murah, dan beralih pekerjaan lain, misal jadi buruh sawit dan pekerja tambang emas ilegal, ya mungkin sudah tidak ada pilihan lain," kata Adi, salah seorang petani karet di Kecamatan Kuantan Hiir. 

Suryono, pekebun karet di Kecamatan Singingi, mengatakan bahwa sejumlah petani karet sebelumnya ada juga yang telah mengalihkan sebagian kebun mereka menjadi kebun sayur, seperti yang dilakukannya.

Ia mengorbankan satu hektare kebun karetnya untuk ditanami sayur mayur dan tanaman lainya. Dari tanaman itu, Surono kadangkala mendapatkan keuntungan bersih sekitar Rp3 juta-Rp3,5 juta sekali panen.

Kendatipun mendapatkan keuntungan agak lumayan dari hasil bertanam sayur, namun Suryono tidak memanfaatkan lahan yang ada untuk dijadikan kebun sayur mayur semua, karena dirinya masih optimistis harga karet akan membaik.

Pria paruh baya ini, mengatakan bahwa  sebenarnya sangat sedih dengan keadaan ini karena sebelumnya sudah mengikuti anjuran pemerintah untuk menanam karet pada awal 1990-an lalu. 

"Dulu pemerintah suruh kami tanam karet, eh sudah ditanam rupanya saat harga jatuh, pemerintah tidak bisa berbuat apa-apa," kata dia.

Namun kini, Suryono dan beberapa petani karet lainya mulai kembali bergairah ketika mendengar kabar harga karet telah mulai membaik akibat imbas dari pasar lelang karet yang telah diadakan Asosiasi Petani Karet Kuansing. 

“Kabar baik inilah yang ditunggu tunggu oleh semua petani, kendatipun belum menyeluruh, namun sejumlah petani karet yang tadinya hanya Rp5 ribu perkilogram sekarang sudah diatas Rp10 ribu perkilogram. Semoga ini tetap berlanjut,” kata dia lagi.

Ison pekebun asal Kopah merasa bersyukur dengan terobosan yang dilakukan oleh Bupati Mursini selama ini. Sejak setahun terakhir, menurutnya, dirinya telah kembali beraktifitas sebagai petani karet. Ini disebabkan, karena hasil dari menyadap karet telah bisa diandalkan untuk menopang ekonomi keluarganya.

“Berkat terobosan pak bupati, kini petani karet di Kopah sudah mulai merasa nyaman dengan harga yang terus mengalami kenaikan, Pak Mursini telah menyelamatkan petani karet,” ujarnya.

Sementara itu, Bupati Mursini saat meninjau gudang pelelangan karet di Desa Lubuk Terentang, Kecamatan Gunungtoar, Senin (7/12/2020) kemarin mengatakan, dengan ditunjuknya Kuansing sebagai salah satu pasar lelang karet telah membuka kran ke pengusaha-pengusaha lain untuk masuk dalam lelang karet ini sehingga harga di tingkat petani akan terkerek.

"Ini belum maksimal, kedepan kita harapan seluruh petani karet di Kuansing ikut dalam asosiasi yang kita bentuk. Sehingga seluruh petani merasakan imbas dari kenaikan harga ini. Ini yang kita dorong agar petani bergabung dengan Apkarkusi,” kata Mursini. 

Karena, menurut Mursini, baru beberapa kecamatan saja petani karet yang bergabung dengan Apkarkusi. Sementara Apkarkusi adalah salah satu kelompok tani yang telah melelang langsung karet petani kepada pengusaha yang ikut lelang. “Kan sayang kalau petani lain tak ikut gabung,” ujarnya.

Selain itu, untuk menggenjot nilai jual karet ini, kedepan Bupati Mursini juga menggagas industri hilirisasi karet. Seperti pembuatan sendal, keset, dan karpet karet serta vulkanisir ban mobil. 

Di tegaskannya, untuk mewujudkan industri hilir karet ini beberapa jenis mesin sudah berada di Kuansing. Ditambahkannya, kehadiran industri hilirisasi karet ini diharapkannya dapat menjadi solusi untuk menyelamatkan hidup ribuan pekebun karet di wilayah Kabupaten Kuansing.

“Jika tidak ada keinginan serius membangun industri karet dari hulu ke hilir, sulit mengatasi persoalan jatuhnya harga di tingkat petani. Inilah terobosan kita ke depan,” tutup Mursini.--hen.

Ikuti Terus Riauin

Berita Terkait

Berita Terpopuler