DINAS Kesehatan Provinsi Riau mengimbau kepada orangtua agar peduli untuk memantau status gizi serta memeriksakan kesehatan dan kecukupan asupan anaknya ke posyandu, puskesmas, maupun rumah sakit terdekat.
"Kita harapkan masyarakat datang ke pelayanan kesehatan terdekat untuk mengetahui status gizi anaknya," ujar Kepala Seksi Gizi Masyarakat Dinkes Riau, Erison, di Pekanbaru, Senin.
Lebih lanjut dikatakannya, terkadang kita dapati masyarakat yang tidak mau merawat anaknya di rumah sakit padahal biaya pengobatan sudah ditanggung pemerintah. Hal tersebut dikarenakan masyarakat enggan meninggalkan pekerjaannya.
"Terkadang masyarakat ini tidak mau merawat anaknya yang sudah sakit di rumah sakit. Mereka lebih memilih rawat di rumah, karena jika rawat inap otomatis akan dijaga, mau tidak mau orangtua meninggalkan pekerjaannya untuk sementara, itu kebanyakan yang menjadi alasan," ucapnya.
Disampaikan Erison bahwa anak bisa dikatakan gizi buruk bukan karena kekurangan asupan saja, melainkan jika kelebihan gizi juga menjadi salah satu penyebabnya, atau disebut dengan obesitas. Hal tersebut bisa pemicu penyakit yang lainnya, seperti jantung.
"Anak yang obesitas atau kelebihan gizi juga bisa dikatakan gizi buruk. Karena obesitas bisa menyebabkan penyakit yang lainnya. Kelebihan lemak itu ka juga tidak bagus," tambahnya.
Pada prinsipnya, gizi buruk atau kekurangan asupan itu bisa disebabkan oleh beberapa faktor, bisa sosial, ekonomi, keamanan pangan, dan yang lainnya.
Menurutnya, untuk penanganan gizi buruk secara cepat dan tepat, Dinkes kabupaten/kota wajib melaporkan temuan kasus gizi buruk kepada pihaknya, sembari memantau laporan dari berbagai pihak seperti masyarakat, media massa, dan lembaga swadaya masyarakat (LSM).
“Kami berharap dinkes kabupaten/kota bisa segera memberikan laporan kepada kami saat menemukan kasus gizi buruk, agar dapat ditangani segera dan semaksimal mungkin,” katanya.
Sebagai langkah preventif, pihaknya mendorong lintas sektoral dan lintas program, agar meningkatkan ketersediaan pangan secara kualitas dan kuantitas. Selain itu perlu juga meningkatkan kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pangannya.
Meskipun saat ini Dinkes Riau sudah mencatat sebanyak 42 kasus gizi buruk di daerahnya, yang tersebar di beberapa kabupaten dan kota setempat. Namun disampaikan Erison bahwa angka tersebut tercatat secara komulatif.
"Angka tersebut secara komulatif, artinya bisa saja sudah berkurang karena sudah dilakukan penanganan dan pemulihan oleh pelayanan kesehatan daerah setempat," ungkapnya.
Dilansir dari Antara, dalam temuan sebelumnya tersebut ada sebanyak 40 pasien sudah sehat dan dua pasien meninggal karena adanya penyakit penyerta. Jumlah pasien itu terdiri dari 24 laki-laki dan 18 perempuan, dengan rincian 41 kasus marasmus dan 1 kwashiorkor.
“Total pasien gizi buruk ini tersebar di kabupaten kota di Riau yaitu Indragiri Hilir 19 kasus, Pelalawan 5 kasus, Rokan Hilir 10 kasus, Kuantan Singingi 1 kasus, Pekanbaru 5 kasus, dan Kepulauan Meranti 2 kasus,” tutupnya.(riA)