RIAUIN.COM- Banjir bandang lahar dingin yang terjadi Sabtu (11/5/2024) disejumlah daerah di Kabupaten Agam, Padang Pariaman dan Padang Panjang menyisakan kesedihan mendalam. Wali Nagari Bukit Batabuah Kabupaten Agam, Sumatera Barat Firdaus meminta agar Pemerintah Daerah Kabupaten Agam dan Pemprov Sumbar untuk segera mengeruk material di sungai-sungai yang berhulu dari Gunung Marapi dan Gungung Singgalang.
Pasalnya, terjadi pendangkalan anak sungai akibat kejadian banjir bandang lahar dingin yang terjadi sekitar pukul 21:00 WIB hingga pukul 23.20 WIB, kemarin malam itu. Material berupa batang kayu, pasir dan bebatuan besar yang terseret arus deras menumpuk di jembatan dan sungai-sungai.
"Ini yang kedua sejak galodo 5 April lalu. Banjir berawal dari hujan deras sejak sore kemarin. Sebelum terjadi banjir bandang, informasi kami terima dari warga di Cumantiang yang berada dekat kaki Gungung Marapi sempat terdengar bunyi dentuman dan gemuruh seperti batu beradu dari hulu arah Gungung Marapi. Tak berselang lama, material galodo sudah sampai ke bawah membuat warga panik," kata Firdaus.
Dia mendesa pemerintah terkait untuk segera menyingkirkan material yang tersangkut di jembatan dan membongkar jembatan jika itu diperlukan. "Jembatan ini harus segera dibongkar. Tidak ada toleransi lagi agar segera menyingkirkan material yang tersangkut, sungai juga harus dikerut supaya tidak terjadi galodo untuk ketiga kalinya. Warga sangat takut dan kecewa, apalagi bencana kali ini sudah merenggut korban jiwa yang tidak sedikit," kata Firdaus.
Sementara itu belasan korban jiwa masih belum ditemukan akibat terserat arus deras banjir lahar dingin yang berlangsung sekitar dua jam itu. Bahkan informasi yang diperoleh di lapangan masih ada korban yang tertimbun reruntuhan rumah dan batu besar berasal dari Gungung Marapi.
Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan atau Basarnas Padang, Agam Budi Prawiranegara, Minggu (12/5/2024) petang mencatat ada 37 korban meninggal akibat banjir bandang lahar dingin yang terjadi di Tanah Datar, Agam dan Padang Panjang. Korban yang ditemukan dievakuasi ketiga titik, yakni Rumah Sakit Ahmad Muchtar Bukittinggi, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Batusangkar Tanah Datar dan RS Bhayangkara, dan ada pula yang sudah dibawa keluarga untuk disemayamkan.
Empat daerah yang dilanda bencana itu ialah Kabupaten Agam, Kabupaten Tanah Datar, Kabupaten Padang Pariaman, dan Kota Padang Panjang. Peristiwa bencana itu terjadi pada Sabtu (11/5/2024) malam sekitar pukul 21.00 WIB. Rincian data 37 korban meninggal itu adalah 19 orang di Agam, 9 orang di Tanah Datar, 8 orang di Padang Pariaman, dan 1 orang di Padang Panjang. Sementara itu, 18 korban hilang terdiri dari 3 orang di Agam, 14 orang di Tanah Datar, dan 1 orang di Padang Panjang.
”Total korban meninggal 37 orang. Tim gabungan melakukan pencarian hingga (Minggu) pukul 17.00,” kata Kepala Kantor SAR Kelas A Padang Abdul Malik, Minggu sore. Menurut Malik, pencarian korban akan dilanjutkan pada Senin (13/5/2024) pagi.
Pantauan di lapangan, salah satu lokasi banjir bandang galodo terparah di Agam adalah Nagari Bukik Batabuah, Kecamatan Canduang. Puluhan rumah rusak akibat disapu material galodo, seperti air, bebatuan besar, batang pohon, pasir dan lumpur. Pada Minggu siang hingga sore tim SAR gabungan tengah mencari satu warga yang hilang di puing-puing rumah yang hancur di Nagari Bukik Batabuah.
Ekskavator juga dikerahkan untuk mencari warga hilang sekaligus membersihkan material sisa banjir bandang. Tampak mobil ambulance hilir mudik membawa korban dan jenazah untuk dievakuasi ke rumah sakit terdekat.
Hingga siang menjelang sore tadi sesekali air besar dari kawasan hulu di Gunung Marapi masih turun ke arah permukiman. Upaya pencarian korban dan pembersihan material beberapa kali dihentikan untuk menghindari potensi bencana susulan.
Banjir bandang pada Sabtu malam juga menyebabkan jalan nasional di sekitar kawasan Air Terjun Lembah Anai, Kabupaten Tanah Datar, terputus. Akses lalu lintas jalur Padang-Bukittinggi pun putus total.
Kepala Pelaksana BPBD Sumatera Barat, Rudy Rinaldy mengatakan, curah hujan tinggi yang mencapai sekitar 130 milimeter per hari dengan durasi lama memicu bencana, termasuk di Agam dan Tanah Datar. Kondisi itu diperparah dengan penumpukan material erupsi Gunung Marapi di sungai-sungai yang berhulu ke gunung tersebut.
”Material erupsi itu terbawa air ke bawah. Karena durasi hujan cukup lama, yang turun bukan hanya pasir, melainkan juga bebatuan besar. Ada 23-25 sungai yang berhulu ke Gunung Marapi,” katanya seperti dikutip dari laman kompas.com.
Agar kejadian tidak terulang, Rudy mengatakan akan berkoordinasi dengan Balai Wilayah Sungai Sumatera (BWSS) V sebagai pihak berwenang. Menurut dia, solusi harus segera dicari agar sungai-sungai yang berhulu ke Gunung Marapi tidak lagi menimbulkan bencana.
”Kalau tidak melakukan sesuatu, hal ini akan berulang. Kami akan duduk bersama dengan mereka (BWSS V). Kami coba bantu, memberikan pendapat, agar kejadian tidak berulang,” ujarnya. -vie