Sosialisasi Pencegahan Penyimpangan Seksual Digelar DWP Disdik


Kamis, 22 Februari 2024 - 10:26:18 WIB
Sosialisasi Pencegahan Penyimpangan Seksual Digelar DWP Disdik

RIAUIN.COM - Dharma Wanita Persatuan (DWP) Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Pekanbaru menggelar sosialisasi penanggulangan pertama terhadap kekerasan seksual dan seksual menyimpang yang terjadi di lingkungan sekolah atau rumah tangga. Sosialisasi ini digelar di aula Gedung Tengku Maharatu, Rabu (21/2). 

"Kejadian yang terjadi akhir-akhir ini, membuat kita terperangah. Seksual menyimpang ini memang terjadi," kata Ketua DWP Dinas Pendidikan Diana Kesumawaty Jamal.

Penyimpangan seksual ini memang membuat sedikit lelah. Apabila terjadi sesuai seperti ini, maka perlu dibahas langkah-langkah yang harus diambil.

"Bagaikan koordinasinya? Bagaimana ciri-cirinya anak yang menyimpang di sekolah?," ucap Diana. 

Malah, penyimpangan seksual itu dilakukan oleh anak-anak kecil. Faktanya, kejadiannya memang seperti itu.

"Hal ini sangat melelahkan dan menakutkan bagi kami. Kami khawatir juga dengan remaja saat ini," ujar Diana. 

Maka dari itu, DWP Pemko Pekanbaru dan Disdik ingin mengambil bagian bersama-sama melalukan sosialisasi ini. Sosialisasi ini bertujuan untuk penyelamatan anak bangsa. 

"Agar, kita lebih mawas diri ke depannya," harap Diana. 

Kesempatan yang sama, Ketua DWP Pekanbaru Haswinda Indra Pomi mengatakan, anggota DWP harus mengontrol anak bermain gadget. Sosialisasi ini sangat bagus. 

"Kita sebagai orang tua harus tahu anak yang terdampak kekerasan seksual. Jangan sampai berlanjut dan berakibat pada hal-hal yang tak diinginkan," ujarnya. 

Jadikan anak sebagai teman. Anak jangan ditekan oleh orang tua. 

"Penyimpangan seksual bukan hanya tanggung Jawa seorang ibu tapi juga ayah. Anak harus diawasi menggunakan telepon seluler," ucap Haswinda. 

Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Pemberdayaan Masyarakat (DP3APM) Kota Pekanbaru Chairani mengatakan, pihaknya mengucapkan terima kasih kepada DWP Disdik yang telah menggelar sosialisasi ini. Dengan adanya sinergitas diharapkan dapat mencegah penyimpangan seksual. 

"Kami tak bisa bekerja sendiri tanpa dukungan seluruh elemen masyarakat dalam membuat pola asuh yang terbaik bagi anak di lingkungan sekolah," ucapnya. 

Pihak sekolah dan paguyuban wali murid serta satuan pendidikan harus peduli terhadap perilaku anak. Anak yang terindikasi penyimpangan seksual harus cepat dilakukan pencegahan.

"Kami tak bisa menebak-nebak kapan terjadinya penyimpangan seksual. Kami harap penyimpangan seksual tak terjadi lagi di sekolah," harap Chairani. (*)