OTONG LENON… siapa yang tidak mengenal nama pelawak atau komedian yang satu ini. Para pencinta dan penikmat film nasional di Indonesia di era 1980-an hingga 1990-an dipastikan mengenal sosok yang satu ini.
Kendati telah tiada, namun kariernya di bidang seni tidak mungkin dilupakan begitu saja bagi pencinta film Indonesia maupun seniman di Riau. Ia meninggal dunia di Pekanbaru 13 Oktober 2014.
Otong Leonon itulah namanya. Otong sapaan akrabnya adalah pelawak atau komedian legendaris dunia komedi Indonesia. Terlahir dengan nama asli Yohazar di Benai, Kuantan Singingi pada 14 April 1957.
Ayahnya H. Yohanis pernah bekerja sebagai Guru dan Kepala SD 02 Benai. Terakhir Penilik SD di Kecamatan Kuantan Hilir sampai pensiun. Sedangkan ibunya Hj. Nurma bekerja sebagai ibu rumah tangga biasa.
Terlahir sebagai anak tertua dari 10 bersaudara. Adik-adiknya adalah: Darwin, Fakhri, Marwan, Mardayanti, Hamdan, Isma Gusmita, Apnita, Srinis Mala Dewi, dan Yarti. Di antara 10 kakak beradik itu hanya Otong dan Fakhri bertubuh mini yang menggeluti dunia komedi
Nama Lenon di belakang namanya karena Otong merupakan pengemar berat penyanyi legendaris “The beatles” dari Inggris JOHN LENON. Dan setiap penampilannya di panggung, ia kerap meniru John Lenon.
Memulai karirnya di film layar lebar “Si Doel Anak Modern” diproduksi 1976 disaat usianya baru 19 tahun. Film itu disutradarai Sjuman Djaja dan merupakan satu-satunya sepanjang sejarah film si-Doel yang tidak menghadirkan Rano Karno sebagai pemeran si Doel, di mana peran itu dimainkan oleh Benyamin Sueb.
Otong waktu masih berusia 19 tahun kebagian peran sebagai anak kecil lantaran memiliki tinggi tubuh hanya 140 cm. Dalam film itu, ia disindir dan diolok-olok pelawak legendaris asal Betawi Benyamin Sueb sebagai artis "semampai" alias semeter tak sampai. Film ini juga dibintangi oleh: Tutie Kirana, Christine Hakim, Achmad Albar, dan Farouk Afero.
Otong bermain dalam banyak film seperti “9 Janda Genit, Acuh-acuh Sayang dan Bodoh-bodoh Mujur (1981), Hidung Belang Kena Batunya (1982), Acuh-Acuh Sayang, dan Memburu Makelar Mayat (1986).” Otong juga pernah menjuarai lomba lawak di RRI Jakarta tahun 1981.
UNTUK memperdalam seni panggung Otong bergabung dengan “TEATER KOMA” yang berdiri pada 1 Maret 1977. Teater ini dipimpin oleh aktor, penulis, sutradara, wartawan, dan tokoh teater Indonesia: Norbertus Riantiarno yang akrab disapa Nano Riantiarno atau N. Riantiarno:
Sejak bergabung dengan suami Ratna Riantiarno itulah, ilmu akting Otong meningkat pesat. Ia pernah tampil dalam drama kontemporer “RUMAH KERTAS” (1977) dan “SUKSESI” (1990).
“Sepanjang karirnya di film layar lebar, Otong juga pernah beradu acting dengan raja dangdut Rhoma Irama, Yatie Oktavia, dan Ucok Harahap. Mereka bermain dalam film “Darah Muda” yang diproduksi pada tahun 1977 dengan disutradarai Maman Firmansjah berdurasi 101 menit.
Di Riau, Otong mendirikan grup Semekot alias Semeter Kotor bersama dua seniman Riau yang juga bertubuh sama seperti dirinya: Udin dan Fahri.
"Semekot itu dari bahasa prokem atau bahasa gaul yang artinya semampai. Biar tubuh kami pendek-pendek, kami tegaskan bahwa kami tidak akan menjual tubuh. Kami menjual kemampuan yang terus kami asah," kata Otong.
Bersama adiknya yang juga komedian, Fahri Semekot, Otong juga mengembangkan seni komedi di Riau. Upaya itu melahirkan dua grup lawak, yakni NYANYAH dan PUAN. Kecintaannya di dunia hiburan ia tularkan melalui lokakarya teater dan komedi bagi anak muda Riau.
Mereka sempat menerbitkan tabloid bergenre komedi bernama LASUAI. Selain itu, Otong juga pernah menjabat sebagai Ketua Persatuan Seniman Komedi Indonesia (PASKI Riau) yang pertama (2005-2010).
Adik kandung Otong Lenon, Marwan Yohanis, menyebut darah seni yang mengalir pada abangnya Otong dan Fakhri turun dari ayah. “Bapak kami orangnya humoris. Namun karena keadaan ekonomi yang sulit. Bayangkan anak 10 orang sekolah dan butuh biaya, Bapak cendrung kelihatan pemarah, bahkan dikenal dengan julukan “Guru Yang Garang.”
Setelah kami dewasa lanjut Marwan, bapaknya cenderung lebih humoris, bisa sebagai teman diskusi. Beliau motivator ulung. “Ketika kumpul suasana keluarga sangat akrab dan penuh canda. Kami selalu kumpul, mendiskusikan berbagai persoalan keluarga, saling dukung, saling membantu, dan saling memotivasi. Itulah yang diwariskan orang tua kami,” ujar Marwan.
Menurut Marwan, sosok abangnya Otong sangat mengayomi. Baik di belakang panggung maupun dalam pementasan. "Bang Otong melawak tidak hanya membuat orang tertawa, tetapi Bang Otong juga memberi wejangan dan petuah kepada penonton," ujarnya.
Marwan mengatakan Bang Otong bukan sekedar pelawak. Dalam lakon lawaknya bukan mengandalkan bentuk tubuhnya yang pendek. Apalagi hanya sekedar ngomong aneh nyeleneh yang penting orang ketawa. Tidak demikian.
Menurut Marwan, Bang Otong adalah pemain watak yang memiliki karakter. Banyak pesan moral dan kritik sosial terhadap pemerintahan Orde Baru ketika itu. Disaat orang masih tabu mengkritik pemerintahan Orde Baru, Bang Otong sudah berani melakukannya.
Marwan berkisah pernah dalam lawakan abangnya itu menyampaikan:
Sudah nggak usah pilih halal atau haram.
Yang halal sudah lama habis.
Yang haram tinggal sedikit.
Ini pesan Bang Otong yang disampaikan sebagai kritik terhadap kondisi sosial yang tidak peduli lagi dengan etika, moral, dan agama dalam mencari rezeki.
Apalagi kata Matwan, ketika Bang Otong manggung bersama Teater Koma di Taman Ismail Marzuki (TIM) – Jakarta. Dalam lakon berjudul “SUKSESI.” SUKSESI bukan hanya kisah tentang liku – liku pergantian pimpinan, tetapi juga kisah tentang perjalanan panjang seorang calon pemimpin.
Di dalamnya terkandung banyak pertanyaan, airmata, intrik, siasat, harapan masa depan yang lebih baik, dan juga renungan tentang moral kekuasaan. Alih generasi kepemimpinan, bisa jadi merupakan masa – masa yang kritis, tetapi sesungguhnya bisa juga berjalan mulus tanpa sandungan, tergantung bagaimana para pemimpin terdahulu mempersiapkan cara – caranya.
SUKSESI, bercerita tentang raja bernama BUKBANGKALAN, yang kebingungan memilih penggantinya. Tak seorang pun dari keempat putra – putrinya yang ia anggap tepat untuk dipastikan sebagai calon raja.
Sementara itu, ia dikelilingi oleh para pembantu munafik, yang dengan berbagai cara mengincar tahta. Bukbangkalan pun bermain – main dan terjerat oleh permainannya sendiri. Togog dan Bilung, dua pembantu setianya, tak sanggup menolongnya.
Seorang tokoh tenggelam, seorang tokoh lain kemudian muncul. Begitulah sejarah Pada zaman Orde Baru berkuasa kata SUKSESI sangat tabu sekali disebut. Tapi justru dibawah komando N Riantarno, mereka mementaskan lakon tersebut. Apa tidak gila namanya.
“Saya ingat sekali ketika lakon SUKSESI itu di pentaskan, saya diajak Bang Otong nonton di TIM. Saya dikasih Ticket VIP. Saya nonton bangku depan bersama Bapak murdiono Waktu itu Menteri Sekretaris Negara. Kemudian ada artis kawakan Alex Komang,” jelas Marwan.
SUKSESI kata Marwan isi ceritanya Pak Harto ingin turun tahta. Pak Harto dikiaskan sebagai Raja Bakbungkalan. Sang Raja ingin mencari penggantinya. Maka raja pura-pura sakit dan hanya mau dan bisa berkomunikasi dengan asisten pribadinya saja.
Dalam lakon tersebut para jendral kasak-kusuk berharap jadi orang yang ditunjuk oleh sang Raja. Waktu itu Bang Otong memerankan Jendral SUDOMO yang menjabat sebagai Pangkokamtib lebih dikenal dengan sebutan algojo Orde Baru.
Diceritakan, setelah asisten pribadinya menceritakan tentang para pembantunya di kabinet, kemudian sang Raja meminta pendapat kepada asisten pribadinya tentang anak-anaknya jika dijadikan sebagai pengganti.
Semua anak sang Raja dilakon dalam cerita itu asisten pribadinya. Mulai dari Siti Hardiyanti Hastuti (Tutut), Sigit Harjojudanto (Sigit), Bambang Trihatmodjo (Bambang), Siti Hediati Harijadi (Titiek), Hutomo Mandala Putra (Tommy), dan Siti Hutami Endang Adiningsih (Mamiek)..
Mamiek di setir sebagai istri tertangkap main judi di Australia. Namun diamankan oleh Om Liem Diliong. Ternyata itu memang settingan Om Liem untuk mencari pengaruh Pak Harto berkuasa. Tommy digambarkan dengan balapan. Sedang Titik dan Mamik yang sibuk sebagai mahasiswa IPB.
Kata Marwan lakon SUKSESI terfokus pada Mbak Tutut yang diperankan oleh Ratna Riantarno, sebagai orang yang ditonjolkan dari Anak Raja. Sosok Mbak Tutut diceritakan sebagai orang berjiwa sosial tapi memanfaatkan yayasan dan arisan mewah untuk mendanainya. Suaminya Mbak Tutut yang suka berpesta dengan kaum sosialita.
“Sampai muncul kalimat dari Mbak T… Kau boleh bersenang-senang dengan banyak perempuan, tapi juga menyenangi satu di antara mereka,” ujar Marwan.
Menurut Marwan pada penampilan malam ke-11 ada kejadian mengejutkan. Tiba-tiba ketika pementasan berlangsung, TIM dikepung aparat dan pertunjukan dibubarkan. Katanya atas perintah istana.
Tapi cara mereka para seniman panggung itu melampiaskan kekecewaan dan kemarahan protes dengan cara yang sangat elegant. Seperti sudah masuk dalam skenario.
Ketika Panggung sudah dikuasai aparat, minta dibubarkan. Mereka bersama-sama secara spontan menuju lapangan TIM, sambil berdiri menghadap tiang bendera dan langsung hormat sembari menyanyikan Lagu Indonesia Raya.
Sebagai komedian kata Marwan, Bang Otong sebetulnya kepada Konseptor atau pembuat Skenario.’ Kita juga masih ingat di salah satu stasiun televisi, Bang Otong membuat serial televisi berjudl “Ikan Asin Onah.” Ketika sedang menulis/ membuat skenario itu bisa berhari-hari bahkan bermingu-minggu. Mengurung diri dengan pena, kertas, dan mesin tik. Tentu tak lupa ditemani rokok dan kopi. Kalau sudah demikian tak bisa di ganggu.
“Bang Otong adalah pemikir dan pekerja keras yang tak kenal kata menyerah,” kenang Marwan.
Akhir karir di Jakarta, Bang Otong harus mutar dari satu club ke club lain. Menghibur pengunjung club tersebut. “Saya sering diminta bantuan untuk memasukkan proposal ke tempat-tempat hiburan di Jakarta,” ujarnya.
Mengantar Profil Group mereka ada Supangat, Bang Qosim yang sekarang masih exsis dengan kesenian Betawi Bang Lemin. Kadang kalau waktu bersamaan dapat order, group dipecah, saya terpaksa ikut membantu melawak, Bang Otong dengan Supangat, saya dan Bang Qosim di tempat lain.
Era tahun 86 gencar-gencarnya promosi Rokok Bentoel Biru, Djarum, Gudang Garam dan lain-lain. Dibawah Bendera Putra6 Benyamin S yang bernama Bieb Benyamin S. Setiap malam jadi MC. Para pelawak kebanjiran order. Tak terkecuali group Bang Otong. Saking padatnya jadwal ketika itu, saya jadi ikut kebagian order jadi MC. Biasanya saya tetap dengan Bang Qosim Bang Otong dengan Supangat.
“Ketika saya jadi MC di lapangan Grogol untuk promosi rokok Djarum, ada kejadian tak terlupakan. saya tidak tahu, kalau lagu kuda lumping, tidak boleh dinyanyikan, karena sering di plesetkan. Begitu saya panggil penyanyi Windi Hasan dengan lagu Kuda Lumping, saya lansung ditarik turun polisi. Setelah diinterograsi dan tentunya atas campur tangan Manajemen Bieb Benyamin, saya dibebaskan dan tak boleh tampil lagi malam itu,” kenang Marwan.
Sementara Abrar “Pak Cik” Nyayah mengatakan dirinya mengaggumi sosok Otong karena pria yang melambungkan “Kota Jalur” di kancah nasional bersama artis Ana Tairas diera 70-an hingga 80-an sampai sekarang. 6
Salah satu pentolan grup lawak kebanggaan masyarakat Riau yang menjadi Runner Up6 Akademi Pelawak Indonesia (API) di TPI, 2 tahun 2005, NYANYAH mengatakn, Bang Otong6 humoris, senang berbagi ilmu, senang memotivasi yunior-yunior dan selalu memberikan nasehat tentang kehidupan.6
Soal honor tampil tak terlalu hitung hitungan orang enjoy banget. Kalau dalam penampilannya selalu mengalah dalam pembagian peran honor,” kenangnya
Menurut Abrar, Bang Otong dalam setiap penampilan selalu memberi kejutan dengan spontan. Orangnya dalam keseharian soal keuangan royal sekali dari job terkadang uangnya kandas hahaha
“Waktu NYANYAH audisi API 2, Bang Otong menjadi manager. Ia banyak memberikan masukan sehingga NYANYAH berhasil mengantar NYANYAH juara 2 di nasional tahun 2005. Intinya Bang Otong lebih senang membesarkan orang lain. Pergaulannya nasional banget,” ujar Abrar.
Kata Abrar, Bang Otong, kendati dirimu telah mendahului kami, jasamu tidak akan kami lupakan. - hen
(Sumber Sahabat Jang Itam)