Opini

Drs Urdianto Paboun Pencetus Nama “Kuansing”


Jumat, 19 Januari 2024 - 07:56:12 WIB
Drs Urdianto Paboun Pencetus Nama “Kuansing” Drs Urdianto

SIAPAKAH wartawan yang pertama kali yang menulis nama “Kuansing” di media cetak. Pasti banyak yang tidak tau atau

Jawabannya adalah wartawan asal kecamatan Kuantan Mudik.  Namanya Urdianto. Karena dilahirkan di Desa Paboun dari pasangan Abdulbar Hamid dan Fatimah pada 27 Desember 1962 namanya ditambah jadi Urdianto Paboun. Biar lebih keren dan beken, katanya.

Saat perjuangan pemekaran Kabupaten Kuantan Singingi banyak banyak di antara wartawan yang menyingkat nama Kuantan Singingi di media cetak tempat mereka berkerja. Wartawan senior di Teluk Kuantan Said Mustafa Husein yang akrab disapa Buyung Timadidja menulis “Kunsi” ada juga yang menulis KS.

Penyingkatan nama itu juga untuk daerah calon pemekaran lain seperti Rokan Hulu dengan Rohul dan Rokan Hilir dengan  Rohil. Sementara Palalawan, Siak, Dumai, Natuna, Karimun, dan Batam sesuai dengan namanya karena hanya satu kalimat.

Ada yang protes ketika Urdianto menyingkat Kuantan Singingi dengan Kuansing.  Ia memahami protes tersebut namun kepada yang protes ia selalu memberikan alasan.

“Kalau tidak mau disingkat buat saja nama  Kabupaten Kuantan atau nama lain yang mudah diingat, dibaca, dipahami, dan disosialisasikan kepada masyarakat,” ujarnya.

Hanya Buyung Timadidja yang sering melakukan argument bahwa singkatan Kuansing itu tak bermakna. Lain halnya dengan “Kunsi” yang merupakan nama  koperasi sejak zaman penjajahan Belanda.

Namun argument Bang Buyung panggilan akrab pengelola media online: kuansingkita.com ini berhasil “dipatah” oleh  Urdianto. Sebab,  nama Kuansing itu dibaca setiap hari – sementara nama  kunsi hanya dibaca seminggu sekali kerena Bang Buyung kerja di media mingguan terbitan Pekanbaru.

Terlepas dari kedua singkatan tersebut dan makna apa yang ada dibaliknya tak perlu diperdebatkan.  Saat ini orang kenal  Kuantan Singingi itu ya… Kuansing, bukan Kunsi atau KS.

Namun sebaiknya dalam penulisan itu  nama Kuantan Singingi hendaknya jangan disingkat dengan Kuansing. Terkecuali jika nama Kuansing sudah ditetapkan sebagai branding oleh pemerintah daerah  setempat.

Urdianto dari Mingguan Utusan dan Pekanbaru Pos, Mai Irianta dan Abu Bakar Sidig (Riau Pos) Reflizar dan Bastian dari Media Riau adalah wartawan media cetak asal Kuantan Singingi yang rajin menulis perjuangan pemekaran Kuantan Singingi di media tempat mereka bekerja.  

Tanpa mereka masyarakat tidak akan tau bagaimana cerita di balik perjuangan  pemekaran Kuantan Singingi yang sebenarnya.

Sementara untuk kalangan terbatas Ikatan Pemuda Pelajar Remaja Pangean, Pekanbaru juga menulis berita-berita seputar pemekaran Kuantan Singingi  di  Buletin Elang Pulai yang dipimpin oleh Marwan.

Pendidikan dasar  diselesaikannya di Kecamatan Kuantan Mudik. Tepatnya di MIM Pebaun tamat (1975) dan SMP  Lubuk Jambi (1978). Sedangkan pendidikan menengah dilaluinya di SMA   450 Telukkuantan sampai semester 5, berhenti 2 tahun. Akhirnya tamat di SMA Lubuk Jambi 1984.

Lalu Urdianto melanjutkan kuliah di Universitas Islam Riau Pekanbaru di dua fakultas sekaligus. Yakni Fakultas Hukum dan FKIP. Tapi akhirnya tamat di FIKP Jurusan Bahasa dan Seni, Program Studi Bahasa Indonesia.

Usai kuliah Urdianto pernah jadi dosen FKIP Universitas Islam Riau jarak jauh di Bangkinang 1989 - 1991. Ia juga mengajar di Pekanbaru yakni di SMP Santa Maria (1990 - 1992) dan SMA PGRI (1992 - 1994).

Menekuni dunia  jurnalistik diawalinya ketika jadi koresponden majalah Fakta (1991-1995), Majalah Suara Muhammadiyah (1992-1994), Koran Mingguan Sinar Indonesia (1994 - 1995). Kemudian bergabung dengan  Group Riau Pos: Mingguan UTUSAN (1996 -2000), Pekanbaru Pos (2000 -2005). dan  Koran Kiriminal Pekanbaru MX (2006 - 2021).

Semasa kuliah Urdianto kerja di percetakan milik Penyair Riau Ibrahim Sattah. Selain penyair beliau adalah dosen Univeritas Islam Riau dan mantan polisi yang  piawai baca puisi dan main teater.

Menurut Urdianto, grup teater Univeritas Islam Riau dulu sering tampil di Taman Budaya Pekanbaru dibawah bimbingan seniman dan budayawan Melayu yang sudah mendunia Ibrahim Sattah dan Al Azhar.

“Saya menulis juga banyak belajar dari keduanya. Kedua orang ini adalah. Ibrahim Sattah sangat dikenal dengan puisinya berpola mantera, kembali ke akar tradisi,” ujarnya.

Salah satu ciri yang menonjol dari urdianto ketika melakukan liputan adalah tas ransel dengan kamera jinjingnya yang mendunia itu. Selain itu juga ketaatannya dalam menjalankan ibadah.

Dari dulu hingga sekarang shalat lima waktunya terjaga alias jarang tertunda. Sesibuk apapun melakukan liputan, ia tak pernah meninggalkan salatnya.

Menikah dengan Suzana, seorang wanita asal Karimun asli turunan Tionghoa yang mualaf. Dari pernikahan itu punya tiga orang buah hati: Kurnia Anato, Balqis Anato.  dan Nabiel Anato. “Sekarang saya sudah punya enam cucu,” ujarnya tersenyum.

Kemudian sejak 2018   ia nikah lagi dengan Rumniati  seorang “Cik Gu” asal Desa Sungai Manau. “Kebetulan sudah pisah dengan istri pertama,” katanya.  

Sejak 2018 hingga sekarang tinggal di Lubuk Jambi menatap hari-harinya bersama istri tercinta  Dan diusianya yang sudah kepala “6”  ia diberikan kepercayaan sebagai Tenaga Ahli Bupati Kuantan Singingi Bidang Media dan Publikasi.

Tampaknya keinginan Bang Urdianto untuk pensiun dari dunia jurnalistik yang digelutinya sejak tahun 1991 tak pernah berhenti. Namun katanya setiap pekerjaan itu ada masanya untuk berhenti.

Kapan….? “Hanya Tuhan yang tahu. Kita ikuti dan nikmati saja perjalanan hidup yang terus  berproses ini,” katanya tersenyum.

Penulis: Sahabat Jang Itam