Libur Nataru, 13 Ribu Wisatawan Kunjungi Siak, Rini: Asyik Liburan ke Siak, Tapi Lift Jembatan Tak Berfungsi, Tak Jadi Selfie-selfie


Senin, 02 Januari 2023 - 19:58:43 WIB
Libur Nataru, 13 Ribu Wisatawan Kunjungi Siak, Rini: Asyik Liburan ke Siak, Tapi Lift Jembatan Tak Berfungsi, Tak Jadi Selfie-selfie Ribuan wisatawan berkunjung ke Siak selama libur Natal dan Tahun Baru 2023

RIAUIN.COM - Ribuan wisatawan menikmati sejumlah destinasi wisata selama libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) di Kota Siak Sri Indrapura. Saat malam pergantian tahun, Pemkab Siak juga menggelar shalawat berjamaah di lapangan Siak Bermadah, depan Istana Siak.

Dinas Pariwisata Siak mencatat, hampir 13 ribu wisatawan datang ke Kota Istana. Terhitung sejak 24 Desember 2022 hingga 1 Januari 2023. Data itu diperoleh dari jumlah tiket wisatawan yang masuk Istana Siak. 

Pantauan Riauin.com pada Ahad (1/1/2023), ribuan wisatawan tampak mengunjungi Istana Siak. Di setiap ruas jalan dipenuhi kendaraan roda empat. Wisatawan datang dari berbagai daerah di Provinsi Riau. Bahkan, banyak juga dari luar Riau, seperti Sumatera Barat, Jambi dan daerah lainnya.

Istana Siak ini didirikan oleh Kerajaan Siak Sri Indrapura pada tahun 1723 Masehi oleh Raja Kecik yang bergelar Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah putera Raja Johor (Sultan Mahmud Syah) dengan istrinya Encik Pong.

Pada masa Sultan ke-11 yaitu Sultan Assayaidis Syarief Hasyim Abdul Jalil Syaifuddin yang memerintah pada tahun 1889-1908, dibangun istana yang megah.  Terletak di Kota Siak dan diberi nama Istana Asseraiyah Hasyimiah, dibangun tahun 1889. 

Setelah wafat, Sultan ke-11 digantikan putranya yang masih kecil dan sedang bersekolah di Batavia yaitu Tengku Sulung Syarif Kasim. Tahun 1915 ditabalkan sebagai Sultan Siak ke-12 dengan gelar Assayaidis Syarif Kasim Abdul Jalil Syaifuddin dan terkenal dengan nama Sultan Syarif Kasim Tsani (Sultan Syarif Kasim II). 

Saat diproklamirkan Kemerdekaan Republik Indonesia, Sultan ke-12 mengibarkan bendera merah putih di Istana Siak. Kemudian berangkat ke Jawa menemui Bung Karno-Hatta dan menyatakan bergabung dengan Republik Indonesia sambil menyerahkan Mahkota Kerajaan serta uang sebesar Sepuluh Ribu Gulden. 

Sejak itu, Sultan ke-12 meninggalkan Siak dan bermukim di Jakarta. Baru pada tahun 1960 kembali ke Siak dan mangkat di Rumbai pada tahun 1968.

"Awak (saya) datang dari Padang bersama keluarga untuk menikmati malam tahun baru di Pekanbaru. Tadi pagi berangkat ke Siak. Ya, baru kali ini bisa langsung melihat Istana Siak ini. Selama ini cuma lihat-lihat di media sosial saja. Memang indah Kota Siak ini. Besok-besok ingin balik lagi ke sini," kata Wardi kepada Riauin.com, Ahad sore.

Selain Istana Siak, wisatawan juga dapat menikmati Jembatan Tengku Agung Sultanah Latifah. Nama jembatan ini diambil dari nama permaisuri pertama (istri Sultan ke-12). 

Jembatan dengan panjang 1.200 meter,  tinggi 73 meter dengan lebar 17 meter ini 
membentang di atas Sungai Siak. Bahkan, kemegahan jembatan yang diresmikan 
tanggal 11 Agustus 2007 oleh Presiden Republik Indonesia saat itu, Susilo Bambang Yudhoyono itu juga memiliki restoran di atas jembatan. Untuk mencapai ke sana, dibangun lift khusus kapasitas 6 orang.

Kabarnya, untuk mengoperasikan lift ini, tahun 2021 Pemkab Siak melalui Dinas PU Tarukim mengalokasikan dana Rp 3 miliar. Tujuan agar lift bisa dinikmati wisatawan yang berlibur ke Siak. Tentu hal ini menambah pendapatan asli daerah (PAD),  sebab untuk naik lift, harus membeli tiket.
Namun, saat libur Natura tahun 2023 ini, lift jembatan belum juga difungsikan.

"Asyik liburan ke Siak. Katanya sudah bisa naik lift di jembatan Siak, tapi kok tak ada. Saya baca dari media dan info teman-teman, lift-nya sudah difungsikan. Ternyata belum. Saya dan kawan-kawan rencana mau selfie-selfie, nanti di upload ke Instagram, tapi tak jadi deh," keluh Rini, wisatawan dari Pekanbaru.

Jembatan ini merupakan urat nadi perkembangan Kabupaten Siak dan Kota Siak Sri Indrapura yang memiliki dua sisi daratan. Di sisi Utara di Kecamatan Siak, dengan ikon sejarah Istana Asserayah Hasyimiyah (Istana Siak Sri Indrapura). Sisi Selatan di Kecamatan Mempura dengan ikon sejarah berupa benteng dan tangsi Belanda di Desa Benteng Hulu dan Desa Benteng Hilir.

Jembatan ini juga menjadi penghubung antara lokasi Kantor Bupati Siak di Desa Benteng Hulu di Kecamatan Mempura dengan lokasi Gedung DPRD Kabupaten Siak di Desa Rawang Air Putih di Kecamatan Siak yang dipisahkan oleh Sungai Siak.

Selain itu, jembatan dibangun dengan tujuan memperlancar arus transportasi antara Kabupaten Siak dengan Kota Pekanbaru sehingga terdapat jalur alternatif melalui darat di samping melalui sungai. Jembatan Tengku Agung Sultanah Latifah ini telah menjadi salah satu ikon dan objek wisata andalan Kabupaten Siak sejak diresmikan oleh Presiden SBY tahun 2007 silam.

Selanjutnya, wisatawan juga dapat menikmati Taman Tengku Agung yang berada di bawah Jembatan Tengku Agung Sultanah Latifah seluas 27 hektar. Lokasinya di Jalan Panglima Ghimbam. Di sini juga ada Masjid Islamic Center Sultan Syarif Kasim yang dibangun semasa Bupati Siak pertama, Arwin. 

Di ujung jalan itu juga berdiri Gedung DPRD Siak. Tempat wakil rakyat menyampaikan aspirasi masyarakat. Di depannya, ada venue BMX yang tampak tak terawat. Rumput-rumput liar sudah memenuhi venue yang dibangun semasa Bupati Siak, Syamsuar.

Sementara, pintu masuk lift berada di bawah tiang jembatan. Sejak Alfedri menjabat Bupati Siak tahun 2021, melalui Dinas PU Tarukim lokasi ini disulap menjadi Ruang Terbuka Hijau (RTH). Namanya Taman Tengku Agung atau lebih dikenal dengan sebutan Siak Lawo.

Di lokasi itu juga dibangun hutan magrove seluas 5,5 hektar. Bahkan, di Hutan Kota yang berada di samping Islamic Center atau depan Taman Siak Lawo ada 30 ekor rusa jenis sambar, termasuk hewan yang dilindungi. Ada sekitar 4 hektar lahan yang disiapkan untuk puluhan rusa sambar. Wisatawan bisa menikmati keindahan Kota Siak sembari ber-selfie ria sambil memberi makan rusa.

Tak hanya itu, wisatawan juga dimanjakan oleh masakan khas Melayu yang berada di sepanjang destinasi kuliner di Jalan Indragiri (Turap Siak). Rumah makan Padang dan pecel lele juga ada. Soal rasa dan harga dipastikan tidak mengecewakan wisatawan.

"Kita menyiapkan masakan khas Melayu, rasanya enak dan harga pun tak begitu mahal," kata salah seorang pemilik rumah makan.

Di ujung Turap Siak ada taman bermain anak-anak Tengku Sarifah Aminah (nama istri ke-2 Sultan). Tak jauh dari pemakaman umum Suak Lanjut. Dan hanya sekitar 1 km dari Istana Siak. Dari sana, wisatawan bisa berjalan kaki menuju Masjid Syahbuddin. 

Selesai melaksanakan ibadah solat di masjid bersejarah yang didirikan Sultan Siak ke-12 ini, wisatawan bisa mampir ke samping masjid. Ada makam Sultan di sana.

Di pemakaman megah ini, Sultan beristirahat dengan damai. Beliau wafat pada tahun 1968 di Rumbai (Pekanbaru). Jenazah beliau kemudian dimakamkan di belakang Masjid Sultan (Masjid Syahabuddin) di Kota Siak.

Makam ini terletak di dalam cungkup yang berukuran 10,2 x 6,25 meter. Pintu masuk berada di sebelah utara. Dinding luarnya dihiasi jendela dengan bagian atas membentuk lengkung bulat. Bagian atap terdapat satu kubah seperti bentuk kubah masjid.

Jirat makam Sultan ini berbentuk empat undak dari tegel dan marmer. Nisannya dari bahan kayu berukir motif suluran. Bentuknya bulat silinder bersudut 8 dengan diameter 26 cm dan tinggi 95 cm. Bagian puncak atas nisan berbentuk kelopak bunga teratai.

Makam Sultan yang telah ditahbiskan menjadi Pahlawan Nasional ini diberikan tutup berwarna emas yang terkadang dibuka ketika ada yang mau berziarah. 

Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Disparekraf) Siak Tekad Perbatas mengatakan, kunjungan wisatawan selama libur Nataru meningkat drastis dibanding tahun-tahun sebelumnya.

"Tercatat jumlah kunjungan mencapai 12.966 wisatawan terhitung sejak 25 Desember 2022 hingga 1 Januari 2023. Hampir 13 ribu. Jumlah ini meningkat drastis dibanding tahun-tahun sebelumnya," kata Tekad, Senin (2/1/2023). 

Sebagian besar wisatawan yang berkunjung merupakan wisatawan lokal Riau. Ada juga dari luar Riau, seperti Sumatera Barat, Jambi bahkan luar Pulau Sumatera. Hal itu terlihat dari nomor plat kendaraan yang terparkir di kawasan Istana Siak. 

"Kalau wisatawan manca negara minim, saat ini masih didominasi wisatawan domestik. Baik dari lokal Riau maupun luar Riau," kata Tekad.

Untuk masuk ke Istana Siak, pengunjung hanya dikenakan tarif tiket sebesar Rp10.000 untuk dewasa dan Rp5.000 bagi anak-anak. Di dalamnya akan ada tour guide yang akan menjelaskan sejarah singkat dari Kesultanan Siak beserta peniggalannya.

Selain itu, pengunjung juga terlihat memadati sejumlah destinasi wisata yang berada di sekitar kawasan Istana Siak seperti alun-alun Siak Bermadah, Water Front City Turap Sungai Jantan, masjid peninggalan Kesultanan Siak Masjid Syahabuddin dan makam Sultan Syarif Kasim.

Menurut Tekad, membludaknya pengunjung ke negeri Istana saat ini tidak lepas dari promosi wisata yang dilakukan Disparekraf Siak melalui media sosial, media online, media cetak, pameran-pameran, dan baleho-baleho yang tersebar. 

"Promosi ini tentunya bertujuan agar ke depan wisatawan dari berbagai daerah lebih ramai lagi ke Siak. Sehingga berdampak positif terhadap roda perekonomian masyarakat dan peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD)," tutup Tekad. (*)