Pelayanan Pasien di RSUD Arifin Achmad Dinilai Buruk, Anggota DPRD Riau Berang


Senin, 31 Oktober 2022 - 15:34:05 WIB
Pelayanan Pasien di RSUD Arifin Achmad Dinilai Buruk, Anggota DPRD Riau Berang Anggora DPRD Riau Mardianto Manan (Kiri) dan Ade Hartati (kanan) foto:riauin.com

RIAUIN.COM - Terkait buruknya pelayanan di RSUD Arifin Achmad yang memicu kemarahan keluarga pasien, Anggota Komisi V DPRD Provinsi Riau, Ade Hartati buka suara.

Ade menjelaskan, bahwa pelayanan di sebuah Rumah Sakit menjadi kunci utama dari bidang kesehatan. Untuk itu, tidak ada kata lain selain melakukan perbaikan terus-menerus untuk peningkatan mutu di RSUD Arifin Achmad (AA).

"Pelayanan sebuah Rumah Sakit menjadi kunci utama dari bidang kesehatan. Untuk itu, tidak ada kata lain selain melakukan perbaikan terus-menerus untuk peningkatan mutu sebuah RS AA. Begitu juga jika diperlukan kelengkapan medis yang dibutuhkan bisa dilakukan secara mandiri juga," ujar, Senin (31/10/2022) siang kepada Riauin.com.

Politisi Partai PAN itu mengingatkan bahwa RSUD AA harus mendengar dan memastikan adanya perbaikan pelayanan terus-menerus.

"Berkali-kali saya secara pribadi meminta agar ada Standar Operasi Prosedur (SOP) dalam hal pelayanan. Kalau RSUD AA kekurangan tenaga dalam hal pelayanan medis, bisa dilakukan penambahan tenaga medis secara mandiri (dari anggaran BLUD)," tegas Ade Hartati.

Terpisah, Anggota Komisi I DPRD Provinsi Riau Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN) DR Mardianto Manan MT mengecam peristiwa keributan dan terbatasnya alat reagen di RSUD AA yang katanya Rumah Sakit rujukan bagi pasien penderita kanker itu.

Mardianto menuntut agar Direktur RSUD Arifin Achmad, Wan Fajriatul Mammunah agar memberikan sanksi yang tegas kepada petugas yang telah berbohong yang menyebut alat reagen kosong. 

"Kita mengecam juga anak buah direktur yang katakan tak ada (alat Reagen, red) alias berbohong itu harus diberikan sangsi oleh pimpinan RSUD, kalau memang Direktur mengakui ada kesalahan anggotanya," tegas Mardianto.

Ia menyarankan kepada pihak rumah sakit agar melakukan pelayanan kemanusian, soalnya ini bukan bicara untung-rugi, tetapi tentang penyelamatan jiwa pasien.

"Berikanlah pelayanan prima terhadap pasien, bukan seperti kasus diatas, kalau memang benar berita itu," sambungnya.

Terkait desakan pencopotan Direktur RSUD Arifin Ahmad yang saat ini dijabat Wan Fajriatul Mammunah, Mardianto Manan memberikan pandangan berbeda. Ia berpendapat bahwa direktur tak perlu dicopot, namun ia berharap agar direktur bisa lebih tegas kepada bawahannya.

"Kalau direktur dicopot gara-gara bohong anak buah, saya rasa tak perlu jugalah, dengan syarat, direktur tegas kepada anak buahnya diberikan sangsi," tutupnya.

Ketika dikonfirmasi pada acara apel pagi bersama Gubernur Riau, Direktur RSUD Arifin Achmad, Wan Fajriatul Mammunah mengakui bahwa alat untuk pencocokan darah (reagen) itu memang ada namun jumlahnya terbatas.

"Kemarin itu sebenarnya kondisinya tidak sesuai dengan yang kami harapkan. Permasalahan itu sebenarnya bukan karena reagennya kosong, reagen itu ada, tapi terbatas. Karena memang ada kendala distributor reagen itu mengasih tau ke kami karena Reagen yang biasa kami lakukan pengadaan itu diakontiniu. Sehingga, perlu dilakukan pengadaan untuk reagen prosmed," akunya.

Kata Wan, ada miskomunikasi pada petugas bang darah dengan pihak keluarga pasien sehingga menyulut emosi dari pihak keluarga pasien.

"Memang misnya di petugas Bank Darah, mungkin pada saat menginformasikan tidak tepat bahwa dianggap reagen kosong. Karena mungkin kalau dibilang terbatas pasti nanti pasien akan marah," lanjut Wan.

Awal permasalahannya, kerabat dan keluarga pasien yang berobat di RSUD Arifin Achmad marah-marah akibat tidak mendapat pelayanan oleh petugas dengan dalih tidak memiliki alat untuk transfusi darah (reagen).

Salah seorang kerabat pasien bernama Maria Goretti menceritakan, bahwa korban membutuhkan darah dikarenakan untuk penyakit kanker. Awalnya pihak RSUD Arifin Achmad mengatakan bahwa untuk stok darah tidak ada, dan pihak keluarga pasien mencari donor darah dari anggota Polri hingga masyarakat.

"Setengah jam setelah diminta, kita sebar langsung datang mereka. Semua ramai mau donor darah. Tiba-tiba darahnya dipermainkan sama orang RSUD ini," kata Maria, Sabtu (29/10/2022) malam.

Lanjutnya, setelah ditanya berulang kali, pihak RSUD Arifin Achmad baru mengaku bahwa stok darah sudah ada. Namun masalahnya alat reagen atau alat pencocokan darah tidak ada, sehingga belum bisa ditransfusi.

Tidak puas dengan jawaban dua petugas bank darah dan tidak ada kepastian, sehingga terjadilah cekcok. 

"Tiba-tiba setelah cekcok baru bilang reagen sudah ada. Lah kok tiba-tiba ada, padahal katanya Selasa atau Rabu baru datang. Ini bukan pertama kali saja, berulang kali sudah keluhan di sampaikan sama Dirut sejak awal. Kalau sudah sampai ke Dirut baru semua masalah dikerjakan," ungkapnya.

Melihat ada keributan, Direktur RSUD Arifin Achmad, Wan Fajriatul Mammunah langsung menghampiri kerabat dari pasien, dan mendengarkan permasalahan yang terjadi tersebut.

Wan mengaku bahwa permasalahan itu memang kesalahan dari petugas RSUD Arifin Achmad dan ia pun meminta maaf kepada kerabat pasien. 

"Kami meminta maaf kepada keluarga pasien, ini memang kesalahan dari petugas kami," singkatnya.-dnr