Pelayanan Pasien Dinilai Buruk, Pengamat Minta Dirut RSUD Arifin Achmad Dicopot


Ahad, 30 Oktober 2022 - 13:46:31 WIB
Pelayanan Pasien Dinilai Buruk, Pengamat Minta Dirut RSUD Arifin Achmad Dicopot Suasana cekcok keluarga pasien dengan pihak RSUD Arifin Achmad/foto:via Upn

RIAUIN.COM - Pengamat Kebijakan Publik Universitas Riau, M Rawa El Amady minta Direktur Utama dan pejabat Utama RSUD Arifin Achmad dicopot. Hal ini buntut dari mengamuknya keluarga pasien karena lambatnya pelayanan rumah sakit milik Pemerintah Provinsi Riau tersebut.

"Kepala rumah sakitnya diberhentikan. Semua pejabat yang diangkat secara politis diberhentikan," kata Rawa kepada wartawan, Minggu (30/10/2022).

Rawa menilai sudah saatnya dilakukan transformasi di RSUD Arifin Achmad. Salah satunya jabatan penting di rumah sakit itu harud diisi oleh kalangan profesional.

"Kalau mau ringan lagi ya kepala rumah sakitnya diberhentikan diganti oleh tenaga profesional bukan dari unsur pemda. Jadi pejabat tidak bisa ikut campur dalam hal operasional," kata Rawa.

Sebelumnya Keluarga salah satu pasien yang berobat di RSUD Arifin Achmad mengamuk lantaran pelayanan lambat, pada Sabtu (29/10/2022) malam. Kemarahan pasien memuncak setelah petugas rumah sakit berdalih tidak memiliki stok alat untuk pengecekan darah. 

Salah seorang kerabat pasien bernama Maria Goretti menceritakan, bahwa korban membutuhkan darah dikarenakan untuk penyakit kanker. Darah yang dibutuhkan yakni darah trombosit yang harus dipakai dalam 5 hari sebelum kedaluarsa.

Maria menyebutkan, awalnya dia mendapat jawaban dari Pihak RSUD Arifin Achmad bahwa untuk stok darah tidak ada. Lalu pihak keluarga pasien diminta mencari donor darah dari dan didapatlah dari anggota Brimob Polda Riau hingga masyarakat dan beberapa wartawan.

"Setengah jam setelah diminta, kita sebar langsung datang mereka. Semua ramai mau donor darah. Tiba-tiba darahnya dipermainkan sama orang RSUD ini," kata Maria.

Lanjutnya, setelah ditanya berulang kali, pihak RSUD Arifin Achmad baru mengaku bahwa stok darah sudah ada. Namun masalahnya alat reagen atau alat pencocokan darah tidak ada, sehingga belum bisa ditransfusi.

"Kami cek kenapa reagen tidak ada, katanya reagen menipis sejak 2 hari lalu dan habis siang tadi. Baru akan datang Selasa atau Rabu, tapi itu juga tidak bisa dipastikan," ucapnya.

Mendengar penjelasan petugas yang tidak masuk akal, salah satu keluarga pasien mengamuk dan memukul kaca jendela rumah sakit. Sejumlah satpam langsung datang ke lokasi bank darah.

Terkait soal darah yang akan kedaluarsa jika tidak segera digunakan juga tidak dapat dijawab. Justru petugas bingung dan saling lempar tanggungjawab sesama petugas dan penanggungjawab Bank Darah, dokter Lusiana.

"Sementara darah trombosit atau darah putih itu kata PMI akan kedaluwarsa 5 hari. Jadi tentu keluarga bingung, kalau kedaluwarsa nanti ke mana darah mau dicari lagi. Padahal siangnya sudah ditanya katanya aman dan akan segera diproses," sambungnya.

"Kita kecewa dengan pelayanan di sini, program pak Gubernur jelas. Pelayanan harus maksimal agar orang Riau tidak berobat ke Malaka atau Singapura, kalau begini bagaimana?," katanya kesal.

Karena tidak puas dengan jawaban dua petugas bank darah di RSUD Arifin Achmad karena tidak ada kepastian, sehingga terjadi cekcok. Padahal, pasien bernama Hironimus Patut Pahur sedang bertaruh nyawa dengan penyakit kanker nasofaring yang dideritanya.

"Awalnya petugas bilang tidak ada reagen atau alat transfusi darah. Tiba-tiba setelah ribut baru bilang reagen sudah ada. Padahal katanya Selasa atau Rabu baru datang. Ini bukan pertama kali saja, berulang kali sudah keluhan di sampaikan sama Dirut sejak awal. Kalau sudah sampai ke Dirut baru semua masalah dikerjakan," kata Maria.

Keributan pun sampai ke telinga Gubernur Riau Syamsuar. Hingga akhirnya, Direktur RSUD Arifin Achmad, Wan Fajriatul Mammunah langsung menghampiri kerabat dari pasien dan mendengarkan permasalahan yang terjadi tersebut.

Wan Fajriatul yang merupakan anak Mantan Gubernur Riau Wan Abu Bakar itu mengakui kesalahan petugas. Dia meminta maaf kepada kerabat pasien. 

"Kami meminta maaf kepada keluarga pasien, ini memang kesalahan dari petugas kami," kata Fajriatul.***