Meski Pandemi Mau Berakhir, RI Diminta Tak Turunkan Tes Covid-19


Kamis, 06 Oktober 2022 - 05:26:27 WIB
Meski Pandemi Mau Berakhir, RI Diminta Tak Turunkan Tes Covid-19 Ilustrasi

RIAUIN.COM - Guru Besar Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Amin Soebandrio mewanti-wanti pemerintah Indonesia untuk tidak menurunkan standar dan capaian pemeriksaan atau testing virus corona (Covid-19) di tengah masyarakat kendati pandemi berubah menjadi endemi.

Amin mengingatkan testing yang tidak 'layak' mampu membuat perkembangan kasus Covid-19 di masyarakat tidak memperlihatkan kondisi sebenarnya, dan juga dikhawatirkan dapat menimbulkan lonjakan kasus baru akibat kontak erat yang tidak tertangani lebih awal.

"Kecenderungannya belakangan ini jumlah testing semakin menurun. Itu nanti strategi epidemiologinya itu harus disusun kembali, artinya kita tidak harus menunggu kasusnya. Karena intinya kita mesti punya kemampuan memprediksi adanya kejadian baru, tidak hanya Covid-19 ya," kata Amin dalam acara daring, Rabu (5/10).

Amin juga mewanti-wanti potensi munculnya kasus infeksi lain yang merupakan temuan penyakit campuran, misalnya campuran Covid-19 dengan DBD, maupun Covid-19 dengan legionellosis. Dengan demikian, pemerintah menurutnya juga harus memperkuat pemeriksaan whole genome sequencing (WGS).

"Jadi namanya surveilans atau upaya mendeteksi secara dini kejadian luar biasa itu harus ditingkatkan. Jangan sampai terjadi ledakan dahulu baru mencari," ujarnya dikutip dari cnnindonesia.

Jumlah testing mingguan Covid-19 di Indonesia memang terpantau mengalami tren penurunan. Selama periode 21-27 September misalnya, sebanyak 203.633 orang telah diperiksa. Sepekan setelahnya, jumlah warga yang diperiksa turun menjadi 198.783 orang.

Sebagai informasi, capaian pemeriksaan Covid-19 di Indonesia dihitung dari hasil pemeriksaan menggunakan metode polymerase chain reaction (PCR) alias tes swab, tes cepat molekuler (TCM), dan rapid test antigen.

Terpisah, Juru Bicara Kemenkes Mohammad Syahril mengatakan tren penurunan testing terjadi usai pemerintah per Juni 2022 memutuskan untuk melakukan pelonggaran dengan tidak mewajibkan pelaku perjalanan melakukan testing.

"Dan testing itu mengikuti kebutuhan sebetulnya. Testing dilakukan apabila ada suatu kasus, umpamanya di DKI ada 100 kasus maka dikali 15 tracingnya, jadi tidak lagi seperti dulu bahwa semua orang dicari untuk tes, tidak," kata Syahril.

Selain itu Syahril meminta publik melihat indikator lainnya dalam penanganan pandemi Covid-19. Di antaranya tren penurunan kasus konfirmasi, kasus kematian, hingga rendahnya tingkat hospitalisasi atau warga terinfeksi Covid-19 yang menjalani perawatan di rumah sakit.

"Yang paling menjadi parameter yang bisa kita rasakan adalah hospitalisasi dan kematian itu rendah dan terkendali. Sudah berarti itu sudah menunjukkan kasus sudah baik kita ini," kata dia.

Senada, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kemenkes Siti Nadia Tarmizi mengatakan pihaknya masih terus berupaya meningkatkan capaian testing Covid-19 di Indonesia melalui berbagai skema.

Senada dengan Syahril, Nadia juga meminta publik melihat beberapa indikator pengendalian pandemi Covid-19 lainnya yang menurutnya menunjukkan tren perbaikan dari hari ke hari.

"Kita mendorong yang bergejala periksa dan kontak erat tes. Jadi indikator tes sudah tidak menjadi indikator utama. Ada indikator lain yang lebih pas mengukur situasi Covid-19 saat ini," ujar Nadia.

WHO sebelumnya juga sempat mewanti-wanti baik pemerintah dan warga Indonesia untuk lebih hati-hati dalam memaknai tren penurunan kasus virus corona di Indonesia. WHO menyoroti tren penurunan kasus itu dibarengi dengan penurunan jumlah warga yang diperiksa, sehingga berpotensi tidak menggambarkan kondisi sebenarnya.

WHO mengatakan per 12-18 September 2022 terjadi penurunan proporsi tes positif nasional sebesar 7,6 persen. Pada periode itu pula, tingkat pemeriksaan turun di bawah 1/1.000 populasi per pekan. Hal itu WHO sampaikan melalui laporan situasi pada 22 September lalu. (*)