Nasib Pengrajin Batik Kuansing, Modal Kurang Ketika Permintaan Terus Meningkat


Sabtu, 20 Februari 2021 - 18:22:04 WIB
Nasib Pengrajin Batik Kuansing, Modal Kurang Ketika Permintaan Terus Meningkat Batik Kuansing.

RIAUIN.COM - Ambisi menjadikan Kabupaten Kuansing sebagai penghasil batik berkualitas, saat ini menghadapi persoalan yang cukup serius. Padahal, pangsa pasar untuk batik Kuansing ini cukup terbuka lebar. 

Bahkan, setiap hari permintaan terhadap batik Kuansing semakin meningkat. Tak hanya dari Kuansing, namun juga dari luar daerah. 

"Untuk tumbuh dan berkembang,  kelompok pembatik ada sejumlah kendala. Mereka tak punya modal awal untuk membiayai produksi batik. Padahal, setelah mengikuti pelatihan mereka memiliki skill membatik, tapi tak punya modal," tutur Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi (Perindagkop) Kuansing, Azhar kepada Riauin.com, Sabtu (20/2/2021).

Selain modal sebagai biaya produksi batik yang menjadi kendala, ketidakseimbangan jumlah permintaan dengan sumber daya manusia (SDM) juga menjadi kendala baru. 

"Dimana, jumlah permintaan akan produk batik kita jauh lebih tinggi sedangkan jumlah pembatik yang memproduksi hanya beberapa orang saja," ujarnya. 

Azhar merincikan, pada tahun 2018 pembatik Kuansing hanya 3 kelompok yaitu, 1 Gunung Toar, 1 Singingi dan 1 lagi kelompok di Baserah. Ketiga kelompok ini awalnya dibina oleh PT RAPP.

Pada tahun 2019, Pemkab Kuansing  mulai menjalin kerjasama dengan Balai Diklat Industri (BDI) Kementerian Perindustrian di Padang, Provinsi Sumatera Barat. Di tahun itu, Kuansing mendapat kesempatan untuk mengikuti pelatihan membatik sebanyak 70 orang yang dibiayai APBN melalui Kementrian Perindustrian.

"Sehingga, menjelang berakhirnya tahun 2019, kelompok pembatik bertambah menjadi 5 kelompok. ( 3 di Guntor, 1 di Singingi dan 1 di Baserah).
Lalu, pada tahun 2020 kelompok pembatik bertambah menjadi 8 ( 5 di Guntor, 2 di Singingi dan 1 di Baserah )," jelasnya.

Di awal tahun 2021 Kuansing kembali diberikan kesempatan untuk mengikuti pelatihan membatik dari Balai Diklat Industri Padang sebanyak dua angkatan, masing masing angkatan 60 orang, sehingga totalnya 120 orang.

"Saat ini pelatihan membatik angkatan ke-2 di Kabupaten Kuansing sedang berlansung dan akan ditutup 23 Februari 2021 mendatang," jelas Azhar.

Dia berharap, pelatihan yang dilaksanakan tahun 2021 ini akan menambah jumlah kelompok pembatik yang baru, sehingga mampu menampung permintaan masyarakat akan batik Kuansing yang cenderung meningkat.

Tingginya permintaan konsumen terhadap batik Kuansing ini karena memiliki beragam motif. Batik Kuansing tidak kalah hebatnya dengan kualitas batik yang ada di Pekalongan, Jawa Tengah. 

"Peluang Kuansing sebagai Kota Batik seperti Pekalongan sangat terbuka sekali dan kita yakin ini bisa terwujud sepanjang semua pihak saling bersinergi dan mendukung dalam upaya itu," ujarnya. 

Karena memiliki potensi yang sangat besar untuk mewujudkan itu, lanjut Azhar, Kuansing memiliki banyak ragam budaya dan situs yang bisa dituangkan ke dalam motif batik. Dan ini merupakan modal yang sangat besar.

Saat ini saja, motif yang sudah dituangkan ke dalam produk batik yang diproduksi oleh pengerajin yang ada di Kuansing antara lain motif Pacu Jalur, Perahu Baganduang, Gilang Gulang, Calempong Rarak Godang, Tugu Jalur, Tugu Carano, Pucuk Rebung, Takuluak Barembei, Silat Pangean, Pucuk Rebung, Kiambang Bertaut, Ikan Bagarius dan Sapuluik Kucuang.

"Oleh karena itu, Pemkab Kuansing menganjurkan kepada pembatik untuk terus memproduksi batik dengan motif- motif moderen dan kontemporer sehingga permintaan konsumen semakin meningkat," pungkasnya.--hen.