Kisah Perjalanan Muhammad Ali Menjadi Seorang Mualaf


Jumat, 22 Januari 2021 - 17:43:09 WIB
Kisah Perjalanan Muhammad Ali Menjadi Seorang Mualaf

SERBA-serbi soal kehidupan legenda tinju dunia Muhammad Ali, selalu menarik untuk dibahas. Salah satu hal yang menarik untuk dikisahkan adalah perjalanan Muhammad Ali untuk menjadi seorang mualaf.

Ya, Muhammad Ali memang tidak hanya dikenang sebagai orang yang hebat dalam dunia olahraga. Petinju kelahiran 17 Januari 1942 itu juga dipandang sebagai tokoh Muslim dunia yang memberi pengaruh besar.

Pria yang wafat di usia 74 tahun itu memutuskan memeluk agama Islam saat namanya sedang naik daun. Setelah mengucap kalimat syahadat, ia mengganti namanya dari Cassius Clay menjadi Muhammad Ali.

Untuk akhirnya bisa mengambil keputusan memeluk agama Islam, Muhammad Ali harus menempuh perjalanan yang cukup panjang. Hal itu diawali dengan ketertarikannya bergabung ke komunitas Black Muslims di Amerika Serikat.

Sejak September 1963, Ali memang sudah santer dikabarkan telah bergabung ke komunitas yang memperjuangkan hak-hak Islam di Amerika Serikat. Hal ini kerap diberitakan di media-media Amerika Serikat.

Ali dikabarkan sering menghadiri rapat-rapat kelompok Muslim itu dan turut berpidato di sana. Pada 7 Februari 1964, ayah dari Muhammad Ali pun membenarkan bahwa putranya telah bergabung dengan Black Muslims.

Ayahnya menyampaikan kabar tersebut hanya selang 18 hari dari pertarungan Muhammad Ali melawan juara dunia kelas berat, yakni Sonny Liston. Setelah pertarungan itu, Ali pun menyampaikan secara gamblang soal dirinya yang sudah memeluk agama Islam.

“Saya percaya kepada Allah dan dengan damai. Saya bukan lagi orang Kristen. Saya tahu ke mana saya pergi dan saya tahu yang sebenarnya. Saya tidak harus menjadi apa yang Anda inginkan. Saya bebas menjadi apa yang saya inginkan,” ujar Muhammad Ali kala itu, sebagaimana dikutip dari NDTV, Kamis (21/1/2021).

Soal perjalanannya hingga mantap menjadi seorang mualaf, Ali pun turut menceritakannya. Ia mengaku mulai tertarik dengan agama Islam setelah bergabung ke organinasi Islam.

“Tentu saja, saya bicara dengan organisasi Islam. Saya menyukai orang-orang Islam. Saya tidak akan mati-matian memaksa diri saya masuk ke suatu kelompok bila mereka tidak menghendaki saya,” ungkap Ali, mengutip dari Louisville Courier-Journal, Kamis (21/1/2021).

“Saya menyukai hidup saya. Masyarakat kulit putih tidak menginginkan persatuan. Saya tidak percaya hal itu bisa dipaksakan, demikian juga orang-orang Islam. Jadi, apa yang salah dengan kelompok Islam?” tukasnya.***