Begini Detik-Detik Tenggelamnya Kapal Wisata di Danau PLTA Koto Panjang, Osvian: Selamat Jalan Adikku!


Ahad, 20 Desember 2020 - 14:33:32 WIB
Begini Detik-Detik Tenggelamnya Kapal Wisata di Danau PLTA Koto Panjang, Osvian: Selamat Jalan Adikku! Osvian Putra (kiri) bersama almarhum Salman Alfarisi (kanan atas).

RIAUIN.COM - Peristiwa naas tenggelamnya kapal wisata Banawa Nusantara di danau PLTA Koto Panjang, Kabupaten Kampar, Riau, menyisakan duka mendalam bagi dunia pariwisata Riau. Seorang pegiat pariwisata Riau yang juga Ketua Asosiasi Pelaku Pariwisata Indonesia (ASPPI), Salman Alfarisi (38), menjadi korban dan meninggal dunia di lokasi kejadian.

Seorang netizen yang ikut dalam kegiatan wisata tersebut menceritakan detik-detik kejadian malang tersebut. 

Berikut tulisan Osvian Putra, Pembina Generasi Pesona Indonesia (GenPI) Nasional yang juga Sekjen DPP Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI), yang dikutip dari laman Facebook-nya:

Selamat Jalan Adikku Salman 

Kemarin, kita diundang untuk mengikuti acara kepariwisataan di Kabupaten Kampar. Kita diajak untuk urun rembuk dan berdiskusi tentang pengembangan kepariwisataan kedepan, dan pagi itu kita sempat sarapan bersama di sebuah kedai sebelum menuju lokasi acara di Puncak Kompe.

Awan sedikit gelap dan akhirnya hujan deras pagi itu membuat acara terpaksa dihentikan sementara, karena kegiatan disetting outdoor. Akhirnya setelah reda, kita kembali lanjut dalam diskusi. Hampir 1,5 jam saya memaparkan materi di hadapan para pemangku kepentingan di Kampar. Baru setelah itu lanjut dengan makan siang dan shalat zuhur.

Ba’da zuhur rombongan turun ke dermaga untuk mengikuti perjalanan keliling danau dengan kapal Banawa Nusantara yang baru saja akan dioperasikan sebagai kapal wisata. Dermaga yang baru dibuat terasa licin karena habis hujan. Satu persatu peserta naik menuju kapal. Namun memang terasa kapal tidak stabil, oleng. 

Tetapi perjalanan tetap bisa dilakukan dan berlanjut menuju salah satu resort. Di sana rombongan mampir sekitar satu jam.

Kira-kira setelah ashar kami kembali ke kapal untuk menuju dermaga awal untuk kemudian pulang ke rumah masing-masing. Di saat itulah terjadi malapetaka. 

Rombongan yang kami hitung ulang setelah evakuasi berjumlah 49 orang termasuk crew terbagi ke dalam 3 kelompok:
1. Di dek atas 6 orang, yang saya ingat persis adalah Syafriman dan Ronaldi
2. Di ruangan dek bawah 7-8 orang, (Rinaldi, Alm Salman, Fotografer Dedi, Wartawan, Ibu Zumrotin dan saya sendiri plus 1-2 orang lagi yang saya kurang kenal).
3. Di dek bagian depan lebih dari 30 orang 
4. Di ruang kemudi.

Kami merasakan kapal sudah terlalu oleng ketika peralatan dapur di dek bawah tempat kami berada berjatuhan dan membuat suara gaduh. Kapal makin oleng ke kanan, air tiba-tiba masuk memenuhi kabin, kami yang berada di dalamnya langsung terpental akibat hantaman air dan pengaruh grafitasi. 

Itulah saat terakhir yang bisa saya rekam dalam ingatan ketika satu persatu berteriak, mengumandangkan takbir dan mencari cara masing-masing untuk selamat. Air masuk seperti bah, seketika gelap karena body kapal sudah tenggelam.

Pada saat yang sama, penumpang yang berada di dek atas dan haluan kapal secara reflek sudah langsung terjun ke air. Masalahnya adalah kami yang berada di dalam kabin itu... 

Kuasa Allah saya akhirnya bisa muncul ke permukaan air setelah bergulat di dalam kabin mencari pintu keluar. Tidak bisa digambarkan dengan teori kenapa ada yang bisa lolos dan kenapa ada yang tidak.

Yang jelas setelah sampai di permukaan orang-orang sudah saling berteriak saling mangacungkan tangan tanda selamat. Alhamdulillah saya dapat pelampung dan ditarik ke tepian dengan kapal motor kecil.

Justru sampai di tepian itu, ketika sudah selamat itu, tiba-tiba air mata kami berderai satu per satu karena satu di antara kami tidak muncul ke permukaan. 

Ya Allah.. tolonglah saudaraku untuk bisa menemukan jalan keluar itu batin kami. Ramai-ramai berusaha menolong bahkan kaca dan pintu kapal dibobol. Yang masih kuat dan bisa menyelam sudah mencoba menyelam. Berkali-kali keluar masuk lambung kapal yang sudah dipenuhi minyak solar yang mulai tumpah, gelap...

Segelap itu pula harapan kami bertemu kembali dengan dikau Dek, sudah lebih setengah jam berlalu, namun masih belum ada tanda-tanda dimana engkau berada...

Itulah sekelumit cerita dari lambung Banawa Nusantara yang nahas itu. Selanjutnya banyak sudah saya lihat postingan dan berita dengan bermacam-macam versi.

Selamat jalan Adikku Salman, berikut foto selfie kita beberapa menit sebelum kejadian. Momen ini akan tetap ada dalam ingatan. Abang lihat engkau ganteng di foto itu Dik! - nda