Golput Pilkada Medan Lebih Tinggi dari Suara Bobby Nasution


Kamis, 17 Desember 2020 - 18:33:00 WIB
Golput Pilkada Medan Lebih Tinggi dari Suara Bobby Nasution Bobby Nasution bersama istrinya saat menggunakan hak pilih di Pilkada Medan.

RIAUIN.COM - Menantu Presiden Jokowi Bobby Nasution yang berpasangan dengan kader Gerindra Aulia Rachman memenangi Pilkada Kota Medan, Sumatera Utara, setelah perolehan suara sah mereka mengalahkan rival yang merupakan petahana.

Berdasarkan rekapitulasi KPU Medan, Bobby-Aulia memperoleh 393.327 suara atau 53,45 persen dari suara sah. Sementara itu, rivalnya Akhyar Nasution yang berpasangan dengan Salman Alfarisi meraih 342.580 suara atau 46,55 persen.

Meski mendapat perolehan suara tinggi, akan tetapi Bobby-Aulia tetap kalah jika dibandingkan dengan orang yang tidak memberikan suaranya atau golongan putih (golput). Sebab warga yang tidak menggunakan hak pilihnya mencapai 886.964 orang atau 54,22 persen dari 1.635.846 total pemilih.

Dalam Pilkada Medan kali ini, total suara sah mencapai 735.907 suara, sedangkan yang tidak sah 12.915 suara. Dengan demikian, tercatat sebanyak 748.882 orang yang menggunakan hak pilihnya.

Menyikapi tingginya angka golput tersebut, pengamat politik Medan, Warjio mengaku telah memperkirakan sejak awal. Menurutnya ada beberapa faktor yang membuat angka golput lebih dari 50 persen. Pertama, adalah terkait pelaksanaan pilkada di tengah pandemi Covid-19.

"Ini sebenarnya sudah saya perkirakan tingkat golput di atas 50 persen. Penyebabnya pertama Pilkada itu digelar saat pandemi. Faktor kesehatan juga jadi penentu orang mau keluar rumah untuk memberikan suaranya. Masih banyak masyarakat yang belum yakin untuk mencoblos saat Pandemi Covid-19," kata Warjio, Kamis (17/12/2020).

Selain itu, Warjio mengatakan kekecewaan masyarakat terhadap sistem politik yang ada juga menjadi faktor tingginya golput. Sosok calon yang diusung partai politik, membuat masyarakat tidak punya pilihan lain.

Kemunculan dua paslon tersebut yakni Bobby-Aulia dan Akhyar-Salman di mata publik Medan sendiri seperti bukan menjadi sebuah harapan baru.

"Dan juga tidak ada pilihan lain. Petahana kinerjanya kurang maksimal selama menjabat. Apalagi (Akhyar) dianggap bagian dari pada pasangan yang terlibat korupsi. Sebagaimana kita ketahui wali kota dulu (Dzulmi Eldin) ditangkap dan dijebloskan ke penjara karena kasus korupsi. Dan waktu itu dia (Akhyar) menjadi wakilnya," ujar Warjio.

Sementara Bobby Nasution selain dianggap sebagai bagian dari politik dinasti, ia pun dinilai belum berpengalaman untuk menjadi kepala daerah. Bobby pun dinilai bisa maju jadi calon tak lepas dari sosok mertuanya, Presiden RI Joko Widodo (Jokowi).

Selain itu, kebijakan terhadap Jokowi yang mendorong UU Ciptaker lalu disahkan DPR, hingga para pimpinan partai politik yang ditangkap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menjadi akumulasi kekecewaan masyarakat terutama di Medan.

"Menurut masyarakat (Bobby) bagian dari rezim yang kebijakannya itu belum berpihak kepada masyarakat. Jadi itu (rendahnya partisipasi pemilih) juga bagian bentuk kekecewaan dari kebijakan pusat dan itu ditunjukkan masyarakat Medan dengan tidak memilih. Masyarakat Medan yang kritis dan berpengetahuan saya kira juga sudah tahu untuk apa (memilih) karena keadaanya sudah seperti ini, toh mereka juga sudah tahu siapa pemenangnya. Jadi ada apatisme politik di tubuh pemilih itu," tutur Warjio.

Meskipun demikian, Ketua Jurusan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara (USU) ini menilai penyelenggara pemilu sudah maksimal dalam melaksanakan peraturan perundang-undangan walau tak kuasa berhadapan dengan dengan kekecewaan atau apatisme politik yang terjadi di masyarakat.

"Peran penyelenggara sebenarnya cukup maksimal. Mereka bisa menyesuaikan di tengah Pandemi. Selain itu dari sisi data memang partisipasi pemilih di Pilkada Medan kali ini cukup tinggi dibanding Pilkada tahun 2015. Tapi tetap saja partisipasi politik di Medan rendah. Ini menunjukkan banyak masyarakat kita yang tidak memberikan perhatiannya pada Pilkada Medan," kata Warjio.

Terpisah, Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Medan, Agussyah Damanik mengatakan partisipasi pemilih pada Pilkada Kota Medan Tahun 2020 naik menjadi 46 persen dibandingkan dengan gelaran pilkada-pilkada sebelumnya.

Ia mencontohkan pada pilkada 2010 partisipasi pemilih adalah 30 persen, kemudian pada gelaran terakhir pada 2015 hanya 25 persen.

"Partisipasi pemilih saya kira kalau dilihat dari pembandingnya dari Pilkada Medan sebelumnya, maka ini termasuk yang paling tinggi sebenarnya, karena saat ini sudah mencapai 46 persen. Sebenarnya dari kenaikan margin partisipasi naik meski target nasional itu tidak tercapai yakni 77,5 persen. tapi dari aspek pemilih Kota Medan saya kira sudah cukup baik," kata dia.

Pada Pilkada Medan 2020 ini berdasarkan rekapitulasi KPU, Bobby Nasution - Aulia Rachman menang di 15 kecamatan antara lain Kecamatan Medan Kota, Sunggal, Helvetia, Denai, Kecamatan Medan Barat, Medan Deli, Tuntungan, Belawan, Medan Labuhan, Medan Polonia, Medan Baru, Medan Perjuangan, Petisah, Medan Timur dan Kecamatan Medan Selayang.

Sementara itu, pesaingnya calon petahana Akhyar Nasution yang berpasangan dengan kader PKS Salman Alfarisi hanya memperoleh 342.580 suara atau 46,55 persen. Akhyar Nasution - Salman Alfarisi menang di 6 kecamatan antara lain Kecamatan Medan Amplas, Medan Area, Medan Johor, Marelan, Medan Tembung, dan Kecamatan Medan Maimun.***