Paham Radikalisme dan Terorisme Musuh Bangsa yang Harus Dihadapi Bersama-sama


Kamis, 01 Oktober 2020 - 17:36:47 WIB
Paham Radikalisme dan Terorisme Musuh Bangsa yang Harus Dihadapi Bersama-sama Asisten I Setdaprov Riau Jenri Salmon Ginting membuka acara Ngopi Coi yang dilaksanakan BNPT di Hotel Grand Zuri, Kota Pekanbaru./nal.

RIAUIN.COM - Asisten I Setdaprov Riau Jenri Salmon Ginting mengatakan, dalam menghadapi tantangan dan persaingan semakin ketat di era globalisasi, bangsa Indonesia masih dihadapkan dengan permasalahan dalam negeri yang mengancam persatuan dan kesatuan. Termasuk kemajuan teknologi digital yang dimanfaatkan secara maksimal dalam program pendidikan terorisme, propaganda dan perekrutan anggota baru.

"Karena itu, paham radikalisme dan terorisme ini menjadi musuh bangsa. Musuh kita bersama yang harus dihadapi," kata Jenri saat membuka acara Ngobrol Pintar Cara Orang Indonesia (Ngopi Coi) yang digelar
Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) di Grand Zuri, Kamis (1/10/20).

Jenri menyambut baik dilaksanakannya kegiatan Ngopi Coi ini sebagai bentuk kepedulian semua dalam mencegah radikalisme dan terorisme di Provinsi Riau.

Selain itu, penyebarluasan berita hoax, ujaran kebencian dan penyebaran informasi negatif lainnya yang terus menerus melalui berbagai platfom media sosial harus dihentikan. 

"Setiap kita punya tanggung jawab dalam pengguna internet bijak, memilih dan memilah informasi yang ada di media sosial," jelasnya.

Sementara, Kasi Materi Pembinaan BMPT, Andri Taufik menyatakan, salah satu ancaman nyata yang terjadi dan sangat menonjol saat ini adalah terorisme, yang telah mengoyak keutuhan bangsa dan negara dan merusak nilai-nilai toleransi yang menjadi ciri khas bangsa. 

Pembinaan kesadaran bela negara adalah salah satu cara membendung paham-paham radikal ini. Karena yang berbahaya dari terorisme bukan serangan fisik tetapi serangan psikologis berupa pengaruh ideologi. 

Menurutnya lagi, paham radikalisme disebarkan melalui media sosial yang demikian cepat tersampaikan kepada orang orang yang bermedsos.

"Kita sepakat paham radikalisme dan terorisme adalah musuh bersama. Untuk itu secara bersama pula kita hadapi," terangnya.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, tambahnya, membawa pengaruh besar terhadap dinamika perubahan serangan terorisme. Salah satunya adalah sebagai panggung propaganda. 

Sebagai negara yang sedang berkembang, jumlah pengguna internet di Indonesia ternyata sudah mencapai 132,7 juta. Hal ini tentu memberikan peluang bagi kelompok teroris untuk melakukan propaganda sebagai sarana rekrutmen. 

"Untuk menghadapi hal tersebut maka diperlukan peran pemerintah dan juga masyarakat. Media literasi menjadi solusi untuk meningkatkan pertahanan diri masyarakat terhadap terpaan propaganda radikalisme dan terorisme melalui media internet," pungkasnya.

Kegiatan ini dihadiri sekitar 70 peserta dari mahasiswa, TNI, Polri, wartawan, pengiat media sosial dan pengurus BNPT Riau.--nal.