Opini ZULFAN HERI

Meneropong 'Drama Politik' Berseri di Meranti


Ahad, 05 Juli 2020 - 01:39:18 WIB
Meneropong 'Drama Politik' Berseri di Meranti Zulfan Heri

KECOH dan heboh! Dalam seminggu terakhir ini, kita dihebohkan dengan "drama politik" mundurnya Said Hasyim dari PAN (Partai Amanat Nasional). Said Hasyim adalah Ketua Majelis Pertimbangan DPD PAN Kepulauan Meranti 2015-2020. 

Kesimpangsiuran status Said Hasyim sudah terjawab, PAN atau Golkar? Ternyata Said Hasyim lebih memilih bergabung ke Partai Golkar Kepulauan Meranti. PAN memiliki 5 kursi (partai pemenang) sedangkan Partai Golkar 4 kursi hasil pemilu legislatif 2019 di tanah jantan. Said Hasyim lebih "pede" nampaknya berlayar bersama Golkar ketimbang PAN. 

Mari kita tunggu, siapa "gerangan" yang diusung Partai Golkar di tanah jantan secara resmi ketika mendaftar ke KPU (Komisi Pemilihan Umum).

Reaksi keras pun bermunculan dari petinggi PAN, mulai dari tingkat kabupaten hingga pusat. PAN Meranti dirundung kecewa, dan mengecam keras alias tidak terima atas sikap mundur Said Hasyim. Dengan spontan, PAN mengusulkan kader sendiri, yakni Fauzi Hasan Ketua DPD PAN Kepulauan Meranti. 

Lalu, mengapa Said Hasyim memilih mundur dari PAN? Mengapa tidak "betah" dirumah PAN. Bayangkan terhitung 5 (lima) tahun sebagai Ketua MPP. Setingkat ketua MPP mundur, sebuah monuver politik membuat semua orang terperangah. 

Mundurnya Said Hasyim dari Ketua MPP dan kader PAN, diikuti dengan penyerahan surat pernyataan mundur diatas materai dan KTA PAN, mencerminkan aspek "badai" pragmatisme politik lebih dominan ketimbang aspek ideologi partai. Dan itulah realitas dunia politik. Sulit diterka!Panas-panas dingin dibuatnya.

Atau ada "drama politik" yang sedang dilakoni. Bagi petinggi DPW PAN, apalagi DPP lewat Irvan Herman Wasekjen PAN menyoal serius "perilaku politik mendua" Said Hasyim yang sempat diramaikan di media, apakah PAN atau Golkar. 

Tentu, kesemua ini menjadi "tamparan" dan sekaligus introspeksi bagi Said Hasyim yang dihadapkan pada sebuah pilihan. Apatah lagi, dalam perjalanan politik pilkada serentak 2020 di Riau, PAN ngambil sikap tegas tidak berkoalisi dengan Golkar. Itu artinya PAN menyatakan diri berhadapan dengan Golkar. Lihat paslon di Rokan Hulu, Bengkalis, Kuansing, Pelalawan, termasuk di Kepulauan Meranti. Begitu pula di kabupaten/kota lain bakal menyusul. Lalu, bagaimana hubungan dengan Bupati Incumbent Irwan Nasir, masihkah bertahan atau "pecah kongsi" pula dengan Said Hasyim. Masih misterius.

Pertanyaan-pertanyaan mendasar ini perlu dikemukakan, karena paslon Berseri punya hubungan emosional politik yang cukup kuat dan kental dengan Bupati Irwan Nasir. Sebab, bicara Berseri, kita tidak bisa luput dari Heri Saputra, yang disapa dengan sebutan Erga, yang suka tak suka punya hubungan dekat dengan Bupati Irwan Nasir. 

Seberapa besar peran dan pengaruh beliau (bupati incumbent) dalam memenangkan pasangan Berseri tanpa PAN kelak. Ini yang kita tunggu, ditengah kabar "kurang mesranya" Irwan Nasir dengan Syamsuar. 

PAN, diawal sepakat mendukung pasangan Said Hasyim-Heri Saputra, yang disingkat Berseri. Karena Said Hasyim Ketua MPP PAN Kepulauan Meranti. Maka itu, PAN mantap dan yakin mengusung Berseri di pilkada serentak 2020. Hal itu dibuktikan dengan keluarnya rekomendasi dari bawah hingga ke atas (baca: DPP). 

Pertanyaannya, betulkah atas kesadaran sendiri Said Hasyim mundur? Atau ada skenario "tangan-tangan luar" yang mengatur. Mengapa penulis menanyakan ini? Sebab, menurut hemat penulis, pasangan Berseri tidak lepas dari peran tunggal Bupati Incumbent Irwan Nasir. Sekalipun Irwan Nasir tidak lagi menjabat Ketua DPW PAN Riau misalkan, peran dan pengaruhnya tetap terasa. Karena di Berseri, ada Erga (Erry Gading). 

Faktor Erga dengan Bupati Irwan Nasir hendaklah dilihat secara detail. Erga sangat setia, dan ASN loyalis Bupati Irwan Nasir yang kebetulan atasannya di pemerintahan. Lebih keren lagi: Erga siap perintah. Jika kelak Berseri maju dengan Golkar, yang perlu dicermati adalah perkembangan demi perkembangan posisi Erga sebelum mendaftar ke KPU (Komisi Pemilihan Umum). Mengapa demikian, karena pilkada Meranti bukan saja persaingan antar timses dan pendukung, juga menunjukkan pertarungan antar elit politik.

Erry Gading (Erga) adalah Aparatur Sipil Negara (ASN). Di pilkada wajib mundur. Anak muda potensial ini semua orang tahu bahwa beliau "orang dekat" Bupati Irwan Nasir. Sulit bagi kita menerima dengan akal sehat, kalau pasangan Berseri "pecah kongsi" dengan Bupati Irwan Nasir. Kalau mundur dari PAN, jangan-jangan ada skenario baru yang sedang dirancang dalam pilkada di Tanah Jantan. 

Hal inilah yang mesti dicermati "sepak terjang" politik ke depan oleh Golkar. Jangan bangga dulu, jangan ketawa dulu Said Hasyim mundur dari PAN, dan kini mulai "berlabuh hati" di Golkar. Yang paling utama adalah ikuti terus dinamika politik apa yang bakal terjadi di pilkada tanah jantan. 

Penulis "meneropong" bahwa faktor Erry Gading lagi-lagi "putra mahkota" yang sedang  disiapkan oleh Bupati Irwan Nasir yang punya pengaruh kuat di Tanah Jantan. 

Lalu PAN, siapa yang bakal rebut? Masrul, Fauzi Hasan atau Mahmuzin Taher? Inilah figur yang beredar dalam satu dua hari ini. Mahmuzir Taher-Yulian Norwis (Icut) nampaknya lebih awal ke DPP PAN. Paslon ini mula bermonuver kuat ke partai berlambang matahari ini. 

Siapa mereka sesungguhnya l? Sebut saja, Icut adalah mantan sekda Meranti yang sebelumnya orang kepercayaan Bupati Irwan Nasir. Loyalisnya tidak usah diragukan. Apakah pasangan calon ini dalam "skenario" Irwan Nasir pula? Setakat ini boleh ya, boleh tidak. Kalau PAN diambil oleh MT-Icut, makin menyakinkan kita semua, ini adalah dalam "skenario besar" yang sedang dibangun untuk "menghambat" majunya AMANAH dan AOK maju di Pilkada. Makin seru! **

H Zulfan Heri SIP MSi adalah Direktur Eksekutif ISDP, pengamat sosial politik sekaligus politisi, yang berdomisi di Pekanbaru.