Tanjung Kuras: Kampung Kaligrafi dalam Hamparan Kebun Nenas


Sabtu, 04 Juli 2020 - 17:54:50 WIB
Tanjung Kuras: Kampung Kaligrafi dalam Hamparan Kebun Nenas

DULU, semasa masih berada dalam wilayah Kabupaten Bengkalis, Desa Tanjung Kuras, Kecamatan Sungai Apit, masuk dalam kategori desa tertinggal. Apalagi Tanjung Layang, yang merupakan dusun paling ujung dari desa ini, hanya memiliki akses jalan setapak yang kala musim hujan, dalam paya gambutnya bisa sepinggang orang dewasa.

 Itu dulu. Pasca pemekaran dari Kabupaten Bengkalis pada 1999 ~terbentuklah daerah otonomi Kahupaten Siak, dan Sungai Apit salah satu kecamatannya. Tanjung kuras secara perlahan ikut terimbas. Bila dulu bersepeda saja susah, sekarang mobil sudah bisa sampai ke Tanjung Layang, dusun paling ujung.

 Kini, Kampung Tanjung Kuras dikenal sebagai Kampung Kaligrafi, karena hampir tiap pelaksanaan MTQ, juaranya berasal dari kampung ini. Selain itu, kampung ini juga identik dengan nenas, karena beratus hektare kebun nenas terhampar di kampung ini. Bahkan, nenas Tanjung Kuras pemasarannya sudah menembus Pulau Jawa.

 Sebagai putra kelahiran Sungai Apit, saya patut bersyukur, setelah 10 tahun Kabupaten Siak berdiri atau tepatnya pada 2009, saya mendapat kepercayaan dan amanah dari masyarakat sebagai Anggota DPRD Kabupaten Siak. Setelah masuk tiga priode saya di legislatif, Tanjung Kuras salah satu desa yang selalu menjadi perhatian saya; walau suara saya tak banyak di sana.

 Awal saya di dewan, pembangunan jalan ke kampung ini betul-betul saya kawal. Pada 2009, masuk di APBD Siak untuk jalan desa Tanjung Kuras sepanjang 1 KM. Alhamdulillah, pada APBD 2010 tersambung lagi 2 KM.

 Semasa Pak Syamsuar masih Bupati Siak, terjadi musibah angin puting beliung. Hikmah di balik musibah itu, Pak Syamsuar “turun” ke Tanjung Layang, dan melihat dan merasakan sendiri kondisi jalan ke dusun paling ujung tersebut. Kenudian, secara bertahap jalan ke Tanjung Layang sudah bisa ditempuh menggunakan mobil.

 Setelah masalah infrastruktur jalan relatif memadai, warga Tanjung Layang cukup lama menantikan kehadiran listrik PLN di kampung mereka. Teknologi solarcel dirasa kurang memadai dalam penyediaan arus listrik. Alhamdulillah, pada 2019; saya bersama Bapak Aris Penghulu Tanjung Kuras, sama-sama mendobrak PLN Riau - Kepri, hingga jaringan PLN sampai ke Tanjung Layang. Ikhtiar ini juga tidak lepas dari sokongan dan tekanan dari Anggota Komisi VII DPRI (yang membawahi BUMN) dari Partai Demokrat Bapak Sayed Abubakar Assegaf. 

 Kampung Tanjung Kuras kini kian dilirik. Saya selaku anggota DPRD Kabuaten Siak dan Ketua DPC Partai Demokrat Kabupaten Siak; berupaya membangun komitmen atas Dapil yang saya wakili. Untuk Kampung Tanjung Kuras, dalam pandangan saya, ada beberapa yang patut menjadi prioritas;

Pertama; Menjadikan Tanjung Kuras sebagai Kampung Kaligrafi. Untuk itu, perlu difikirkan faktor penunjang, seperti sanggar atau rumah kaligrafi.

Kedua; industri kecil atau home industri dalam upaya meningkatkan harga jual nenas yang kini menjadi primadona di Tanjung Kuras.

Ketiga; kajian sejarah dan perlunya dibangun semacam monumen perjuangan rakyat Siak di kawasan benteng pertahanan yang di Tanjung Layang. Selain itu, perlu juga kajian kaitan  cerita masyarakat dengan peristiwa Perang Guntung pada abad 17, semasa Kerajaan Siak Sri Indrapura. Hal ini erat kaitannya dengan pembangunan prasasti atau monumen di Selat Guntung yang letaknya berhampiran dengan Tanjung Layang.

Keempat; perlu perhatian serius pengembangan wisata Pantai Beting yang berada di Tanjung Layang. Pengembangan wisata ini, selain sebagai upaya menggali PAD juga bisa menjadi ikon baru kawasan wisata di Kabupaten Siak. ***

(Syamsurizal Budi; Ketua Fraksi Demokrat DPRD Kabupaten Siak)