Serma Rama Sempat Tertinggal Pasukan, Luka Tembak di Dada, Begini Kronologisnya


Jumat, 26 Juni 2020 - 22:27:59 WIB
Serma Rama Sempat Tertinggal Pasukan, Luka Tembak di Dada, Begini Kronologisnya Pasukan Garuda di Kongo. Gambar ilustrasi.| F: Puspen TNI

JAKARTA, RiauIN.com - Komandan Pusat Misi Pasukan Perdamaian (PMPP) TNI Mayjen TNI Victor Hasudungan Simatupang menuturkan kronologi penembakan terhadap prajurit TNI anggota pasukan perdamaian PBB di Kongo, Sersan Mayor (Serma) Rama Wahyudi. Akibat tembakan pemberontak tersebut Rama akhirnya meninggal dalam tugas.

Dalam jumpa pers di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta Timur, Jumat (26/6), Victor menyebut peristiwa itu terjadi saat Rama Wahyudi melaksanakan tugas pergeseran pasukan dari markas pusat operasi (COB) di Mavivi ke markas sementara (TOB) di Halulu, Senin (22/6/2020) sore.

Mereka dalam misi pengiriman ulang logistik ke TOB bagi prajurit Satgas Kizi TNI Konga XX-Q/Monusco yang melaksanakan pembangunan jembatan Halulu sebagai sarana pendukung bagi masyarakat setempat.

Anggota TNI yang ikut dalam tugas tersebut berjumlah 12 orang, dengan dukungan 2 orang tentara Malawi. Rama sendiri menjadi komandan tim (dantim). Mereka berangkat dengan menggunakan truk logistik yang dikawal oleh dua kendaraan pengangkut personel lapis baja (APC).

"Mereka berangkat sekitar pukul 08.10 waktu setempat. Perjalanan lebih kurang memakan waktu 3 jam, mereka sampai di tempat dalam keadaan aman," katanya, dikutip dari Antara.

Tim sampai ke Halulu pukul 13.00 waktu setempat dan mulai memperbaiki jembatan. Sekitar pukul 15.45, mereka kembali ke Mavivi. Dalam perjalanan, tim disergap oleh milisi dari Uganda yang masuk wilayah Kongo.

"Anggota kita diserang mengakibatkan Serma Rama Wahyudi mengalami luka tembak di dada dan perut," ungkap Victor.

Anggota tim sontak menyelamatkan diri dengan turun dari truk dan berlindung di balik roda truk. Mereka merayap ke belakang kendaraan menuju APC, bersama-sama dengan dua personel tentara Malawi.

Beruntung, tentara Malawi bisa menggunakan bahasa lokal sehingga bisa membuka kendaraan tempur APC. Sayangnya, Serma Rama masih tertinggal karena terkena tembakan.

"Kalau mereka menggunakan bahasa Inggris kemungkinan tidak bisa dibuka. Jadi, APC berhasil dibuka, masuk ke dalamnya. Setelah dihitung, ternyata masih ada ketinggalan, yakni Serma Rama," ujar Victor.

"Anggota kita minta tolong kepada team leader-nya Malawi supaya dijemput kembali. Dalam waktu 10 menit Sersan Mayor Rama Wahyudi sudah tidak sadarkan diri," imbuh dia.

Kelompok milisi kemudian merampok seluruh perlengkapan perorangan mulai dari senjatanya, rompi, dan helm, serta alat pengaman.

Victor menyebut kini jenazah Serma Rama masih dalam pemeriksaan protokol Covid-19 yang masih berlangsung pada Kamis (25/6/2020) malam, dan autopsi di Uganda.

"Kalau pemeriksaan Covid-19 hari ini selesai akan diterbangkan ke Uganda untuk dilaksanakan otopsi. Nah ini memakan waktu lebih kurang empat hari," kata dia.

Victor memperkirakan semua proses administrasi ini akan rampung pada 30 Juni, untuk kemudian dimakamkan di kampung halamannya di Pekanbaru, Riau.

Jadi Bahan Evaluasi

Sementara itu, Kepala Pusat Penerangan TNI Mayjen TNI Sisriadi menegaskan Mabes TNI akan mengevaluasi sejumlah hal terkait insiden gugurnya prajurit TNI anggota Satgas Kizi TNI Konga XX-Q/Monusco, Serma Rama Wahyudi.

Diketahui Serma Rama Wahyudi gugur saat menjalankan tugas misi sebagai pasukan perdamaian PBB di wilayah Republik Demokratik Kongo, Afrika beberapa waktu lalu.

Sisriadi memgungkapkan hal yang akan dievaluasi antara lain terkait dengan jalur pegeseran pasukan dalam misi pemeliharaan perdamaian tersebut.

Ia mengungkapkan jalur atau medan yang dilalui Serma Rama dan timnya dalam misi tersebut merupakan medan yang relatif minim tempat perlindungan jika ada penyergapan.

"Ini menjadi pelajaran bagi kita, prajurit kita, untuk mencari medan-medan yang sesuai dengan kondisi di sana. Dan itu akan kita jadikan evaluasi untuk penugasan-penugasan yang akan datang," kata Sisriadi.

Selain itu, Sisriadi mengungkapkan Mabes TNI juga telah melakukan penekanan kepada prajurit-prajurit yang akan ditugaskan dalam misi pemeliharaan perdamaian di luar negeri untuk terus berlatih.

Selain itu, Sisriadi menyesalkan kejadian tersebut dan mengungkapkan belasungkawa atas kejadian tersebut.

"Tapi memang yang kita sesalkan adalah mereka tidak melihat kita sebagai pasukan pengaman. Mestinya, pasukan pengaman, tapi memang itu salah satu resiko, kalau itu di Afrika, mereka tidak menghormati, karena mereka (penyerang) militan-militan bukan aktor pemerintah dan itu sudah kita perhitungkan resikonya. Artinya, kita ikut belasungkawa," kata Sisriadi.(fbh)