Pakar Siber Sebut Peretasan Data Covid-19 RI Bisa Bahayakan Pasien


Sabtu, 20 Juni 2020 - 07:35:00 WIB
Pakar Siber Sebut Peretasan Data Covid-19 RI Bisa Bahayakan Pasien Gambar ilustrasi hacker. | F: Arstechnica.com

JAKARTA, RiauIN.com - Pengamat keamanan siber dari CISSRec, Pratama Persadha, menyatakan peretasan dan penjualan data pasien Covid-19 di Indonesia cukup berbahaya. Hal itu lantaran data yang dicuri dan dijual terbilang lengkap.

"Memang cukup bahaya kalau tersebar, melanggar privacy pasien karena lengkap informasinya," ujar Pratama kepada CNNIndonesia.com, Jumat (19/6/2020).

Pratama membeberkan data yang dicuri dan dijual di forum peretas RaidForums terdiri dari banyak hal, yakni id_riwayat, id_pendataan, id_user, tanggal laporan, status, nama responden, kewarganegaraan, kelamin, umur, telepon, alamat tinggal, resiko, jenis kontak, hubungan_kasus, tanggal awal resiko, dan tanggal akhir risiko.

Selanjutnya, peretas juga menjual data tanggal mulai sakit, tanggal rawat jalan, faskes rawat jalan, tanggal rawat inap, faskes rawat inap, keluhan demam, keluhan sakit, tanggal pengiriman sampel, status ODP/PDP/Positif, dan NIK.

Meski terbilang lengkap, Pratama enggan lebih dini menduga sumber data yang diretas tersebut. Meski demikian, dia menduga data bisa berasal dari Kementerian Kesehatan.

"Masih harus dicek dan digital forensic dari mana asal data tersebut, dari kemenkes atau lembaga lain yang mengelola data covid19," ujarnya.

Terkait dengan hal itu, Pratama menilai peretasan data terkait Covid-19 menambah riwayat kelam peretasan data di Indonesia. Berdasarkan catatan, dia menyampaikan peretasan data serupa pernah dialami oleh Polri Bhineka, Bukalapak, dan Tokopedia.

Seluruh data yang pada akhirnya diperjualbelikan karena tidak dilindungi oleh enkripsi.

"Perlindungan data dan keamanan siber pada sistem di tanah air khususnya lembaga pemerintah memang masih menjadi pekerjaan rumah yang berat," ujar Pratama.

Pratama menambahkan faktor utama lemahnya keamanan siber dan pelindungan data akibat UU, porsi anggaran, dan budaya birokrasi. Perbaikan ke arah penguatan siber di tiga hal itu, lanjut Pratama akan membuat perlindungan data dan penguatan sistem elektronik bisa diaktualisasikan secara merata.

"Semua bergerak ke digital. Masyarakat kita utamanya penduduk di bawah 30 tahun menjadi manusia yang kebutuhan primernya dipenuhi lewat sarana dan perangkat digital. Memang sebaiknya ini menjadi prioritas negara," ujarnya.

Pratama menyampaikan data merupakan hal yang paling diburu oleh peretas saat ini. Dia berkata peretas tak lagi hanya sekedar meretas data karu kredit.(fbh)